Demi Wujudkan Mimpi, Ibu Hanya Perlu Diberi Waktu dan Kesempatan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi ibu menemani anak mengerjakan pekerjaan rumah. Freepik

Ilustrasi ibu menemani anak mengerjakan pekerjaan rumah. Freepik

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Masih ada stigma di kalangan masyarakat yang menyatakan bahwa seorang perempuan tidak bisa melakukan apa pun setelah menjadi ibu. Stigma itu kerap menjadi salah satu faktor penghambat bagi seorang ibu untuk terus berkarya. Tak jarang para ibu merasa minder karena kurangnya kesempatan yang mereka miliki sehingga kata mimpi hanyalah omong kosong untuk diraih. Padahal, Program Manager Comeback Journey Penulis Ibu Punya Mimpi (IPM) Viona Rosalina mengatakan bahwa setiap perempuan berstatus ibu pasti masih bisa berkarya "Semua ibu pasti bisa berdaya dari peran apa pun yang mereka miliki,” kata Viona dalam webinar bertajuk Perempuan Punya Mimpi pada 20 Desember 2023. 

Viona mengatakan status itu tidak bisa menghalangi perempuan untuk berkarya. "Ibu memiliki kekuatannya tersendiri," katanya.

Menurut Viona, dalam komunitasnya, Ibu Punya Mimpi, para ibu memiliki begitu banyak mimpi. Jenis mimpinya pun berubah-ubah. Bagi ibu yang berstatus ibu rumah tangga, mereka memiliki impian untuk bisa melakukan kegiatan yang bisa dikerjakan dari rumah. 

Fenomena perempuan yang diremehkan sebagai ibu masih sering terjadi di Indonesia. Viona bercerita ia pernah bertemu seorang ibu yang diremehkan dalam wawancara kerja karena ia telah memiliki tiga anak. “Padahal untuk bekerja, perempuan itu harus dilihat keahliannya, bukan latar belakangnya sebagai ibu. Harusnya (impian ibu) tidak boleh dipatahkan sejak awal (wawancara),” ucapnya. "Stigma mengenai perempuan tidak bisa bekerja setelah menjadi ibu harus dihilangkan."

Ketua Yayasan Ibu Tunggal Indonesia (SMI) Budiana Indrastuti setuju dengan masih adanya stigma di masyarakat. “Stigma seperti itu akan selalu ada dan tidak bisa kita kendalikan,” ucap Budiana. 

Budiana pun meminta para ibu yang tersinggung tidak perlu melawan masyarakat yang masih menyudutkan para ibu itu. “Tidak perlu kita lawan, lebih baik fokus terhadap hal-hal yang bisa kita kendalikan. Berkarya sebaik-baiknya, tempatkan kita sewajar-wajarnya, sehingga nanti kita bisa membuktikan bagaimana ibu sebenarnya bisa berdaya,” kata Budiana.

Menrutu Budiana, para ibu memiliki banyak sekali jenis mimpi seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya. Mimpi para ibu tidak hanya sebatas soal pekerjaan, ibu pun juga memiliki impian yang sederhana mengenai anak-anaknya. “Mimpi jangka pendek, kami pengen anak kami sehat. Tapi sebelum anak sehat, ibunya harus sehat dulu,” kata Budiana.

Budiana juga meminta masyarakat agar tidak mengklasifikasi para ibu. Apakah dia ibu rumah tangga atau juga ibu dengan karier. "Sekarang sudah tidak zaman untuk mengotakkan jenis peran ibu. Yang paling penting agar ibu berdaya adalah perlunya lingkungan yang mendukung,” katanya.

Baik Budiana maupun Viona setuju bahwa yang para ibu butuhkan untuk bisa bermimpi dan berdaya hanyalah waktu dan kesempatan. Kedua hal tersebut menjadi salah satu tantangan bagi ibu hingga saat ini. Semua orang bisa bermimpi dan berdaya, termasuk ibu, sehingga di tengah aktivitas mengurus keluarga, para ibu perlu diberi waktu mengenal dirinya sendiri dan kesempatan untuk meraih mimpi masing-masing.

Pilihan Editor: Hari Ibu, Cerita Mikawati Berjuang Menjadi Single Mom yang Tegar dan Bisa Berdiri Tegak

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

ANNISA YASMIN

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."