Ekonomi Fashion Ramah Lingkungan yang Tidak Kalah Menggiurkan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Model mengenakan busana dari kain gambo muba/Antara-Ho LTKL.

Model mengenakan busana dari kain gambo muba/Antara-Ho LTKL.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Potensi ekonomi dari fashion ramah lingkungan sangat menggiurkan. Produk turunan dari fashion yang berasal dari hutan Indonesia mendatangkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit.

Sebagai gambaran untuk selembar produk Kain gambo muba, para pengrajin bisa mendapatkan harga jual sebesar R p200 ribu hingga Rp 700 ribu rupiah. Angka itu melonjak berpuluh kali lipat dibandingkan hanya menjual buah gambir mentah yang dihargai Rp 5.000- Rp 20.000  per kilogram.

Kain gambo muba adalah kain tradisional yang dibuat dengan metode jumputan khas Sumatera Selatan. Metode jumputan sendiri mengandung makna yang sangat mendalam bagi masyarakat setempat yakni gotong royong yang dipresentasikan melalui motif dan corak dominan kotak serta melingkar.

Proses pewarnaan kain gambo dilakukan dengan cara dicelup ke getah gambir hingga menghasilkan warna natural dan memukau seperti cokelat, hitam, hijau, oranye, dan kuning.

Grant and Resource Mobilization Manager Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Vitri Sekarsari mengatakan kain gambo muba yang menggunakan getah gambir sebagai pewarna alami telah menjadi ikon fashion ramah lingkungan serta sumbangan Muba untuk dunia tekstil khususnya Wastra Nusantara.

Belum lagi nilai tambah dari produk turunannya. Selembar kain gambo muba bisa dibuat menjadi 10 dompet yang harga satuannya mencapai Rp 120 ribu.

Dengan potensi ekonomi dan dampak positif dari fashion ramah lingkungan, saat ini kawasan Toman di Kabupaten Musi Banyu Asin telah menjadi sentra produksi kain gambo muba karena telah terdapat 108 pengrajin dari sebelumnya 4 orang pengrajin.

Potensi ekonomi dan segudang kebaikan itu juga yang berhasil menarik minat salah seorang anak muda bernama Azizah Nurul Amanah. Terlahir sebagai putri daerah Sumatera Selatan, ia tergugah untuk turut mengembangkan produk fashion ramah lingkungan khususnya kain gambo muba dengan membangun usaha yang ia namai KriyeKite.

Menurutnya, sebagai orang muda yang sehari-hari berdampingan dengan proses produksi dan inovasi fashion ramah lingkungan telah sepatutnya menormalisasi penggunaan  kain atau wastra termasuk gambo muba sebagai bagian dari gaya busana sehari-hari.

Tidak hanya memiliki nilai ekonomi yang potensial, berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan, dalam pemakaiannya juga menjadi sumbangsih untuk melestarikan wastra nusantara.

Ia membayangkan betapa membanggakan melihat anak muda di perkotaan memakai kain ketika nongkrong di kafe atau jalan-jalan di mal.

Pilihan editor: Dukung Sustainable Fashion, Berikut 8 Cara Menggunakan Kembali Pakaian Lama

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."