Kunci Eksistensi Bisnis Kuliner Sop Konro Karebosi sejak 55 Tahun Lalu, Bumbu Diracik Sendiri selama 4 Jam

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Pengelola generasi kedua bisnis kuliner Sop Konro Karebosi, Nia Hanafie ditemui di Jakarta Pusat pada Selasa, 3 Oktober 2023. Foto: TEMPO/Mila Novita

Pengelola generasi kedua bisnis kuliner Sop Konro Karebosi, Nia Hanafie ditemui di Jakarta Pusat pada Selasa, 3 Oktober 2023. Foto: TEMPO/Mila Novita

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bisnis kuliner Sop Konro Karebosi eksis sejak 1968. Ya, berarti sudah 55 tahun berjualan dan melegenda. Bisnis kuliner khas Makassar ini dirintis oleh mendiang Haji Hanaping di wilayah Karebosi, Makassar. Dia memulai dari bawah dengan menjual sop konro di pinggir jalan raya alias menjadi pedagang kaki lima. 

"Papa saya dari Pangkep, beliau merantau ke Makassar tahun 1968. Di situ, jualan sop konro kaki lima di Karebosi," jelas Nia Hanafie, generasi kedua Sop Konro Karebosi, dalam konferensi pers Festival Jajanan Bango 2023 di Jakarta Pusat, Selasa, 3 Oktober 2023.

Sebelas tahun setelah dirintis, lanjut Nia, mereka pindah berjualan di rumah toko atau ruko. Kemudian di tahun 1993 adalah kali pertama berjualan Sop Konro Karebosi di Jakarta. Di tahun 2000-an, mereka berinovasi dengan merilis menu konro bakar yang terinspirasi dari steak.

"Kami buat konro bakar terisnpirasi dari steak. Itu salah satu cara kami berkembang, jadi dibuatlah konro bakar. Menu konro bakar pertama kali di Jakarta, baru ke Makassar," jelasnya.

Kunci Eksistensi Sop Konro Karebosi, Meracik Bumbu Sendiri di Dapur

Menurut Nia, kunci eksistensi Sop Konro Karebosi bertahan hngga saat ini adalah mempertahankan rasa autentik racikan ayahnya.

"Selalu mempertahankan autentik rasa. Tdak ada bahan yang berubah, tidak ada yang dikurangi dan dilebihkan," ucapnya.

"Pesan papa saya harus menjaga resep dari orang tua. Saya kan generasi kedua, hanya saya yang tahu (meracik bumbu). Saya terjun langsung ke dapur. Dari pukul 6 pagi saya sudah di dapur meracik bumbu sampai pukul 10 pagi. Setelah itu, baru dikasih oleh karyawan," sambungnya.

Bumbu racikan khas Sop Konro Karebosi itu diajarkan langsung oleh ayahnya. Nia pun sudah menurunkan cara meraciknya kepada salah satu keponakannya, generasi ketiga yang dipersiapkan meneruskan bisnis keluarga tersebut.

Oiya alasan mengapa membutuhkan waktu empat jam karena jumlah penjualan sop konro di setiap outlet dalam sehari mencapai ratusan mangkuk. Dan, untuk kebutuhan daging sapi untuk satu gerai dalam sehari bisa mencapai 500 kilogram. Jadi, butuh waktu yang cukup panjang ketika meracik bumbu sendirian di dapur

Saat ini, Sop Konro Karebosi memiliki tiga restoran di Indonesia. Pusatnya ada di Jalan Gunung Lompobattang, Karebosi, Makassar. Sementara di Jakarta ada dua cabang, yaitu di Summarecon Mall Bekasi dan Mall Kelapa Gading.

Kini jumlah karyawan mencapai 30 orang, dulu hanya 10 karyawan saat merintis bisnis.

Cara Sop Konro Karebosi Bertahan di Pandemi Covid-19

Menurut Nia, bisnis Sop Konro Karebosi ikut terdampak kala pandemi Covid-19 awal tahun 2019. Mengingat ada pelarangan makan di restoran selama pandemi, angka penjualannya turun separuh dari biasanya. Untuk bertahan di masa itu, dia mengandalkan penjualan secara daring atau online. Dia juga berinovasi menjajakan pilihan sop konro yang dibekukan atau frozen food.

"Ada frozen food pas pandemi, tapi sekarang tidak (karena sudah kembali seperti sebelumnya)," ujarnya.

Selain berinovasi dan beradaptasi dengan zaman, Nia menyebutkan pentingnya rasa mencintai terhadap bisnis yang dibangun. Menurut dia, itu modal penting saat menghadapi tantangan apa pun yang datang.

Menurut Nia, selain sop konro, ada sop saudara, ikan bakar, dan pisang ijo di gerai Sop Konro Karebosi. Harga makanannya mulai dari Rp80.000-an.

Pilihan Editor: Ini Kunci Kelezatan Ayam Goreng Berkah Rachmat, dari Bumbu hingga Jenis Ayam

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."