Saat Anak Gagal Melakukan Sesuatu, Begini Cara Orang Tua Membangkitkan Semangatnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu dan putranya. Foto: Freepik.com/Racool_studio

Ilustrasi ibu dan putranya. Foto: Freepik.com/Racool_studio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Seperti kita, anak bisa mengalami kegagalan saat melakukan sesuatu atau belum berhasil menghadapi masa sulit. Perlu kita ingat bersama, kegagalan adalah salah satu alat pembelajaran yang penting bagi setiap manusia termasuk anak yang membuat mereka secara emosional lebih kuat dan lebih bijaksana. Ketika anak gagal melakukan sesuatu, peran orang tua adalah membangkitkan semangatnya untuk memetik hikmah dan percaya diri dengan kemampuannya.

Menurut Saakshi Singla, penasihat anak dan keluarga kesetaraan gender, pelatih perbaikan pengasuhan dan hubungan, berikut beberapa cara orang tua membangkitkan semangat saat anak gagal melakukan sesuatu.

Cara Orang Tua Membangkitkan Semangat Anak saat Gagal Melakukan Sesuatu

1. Berbicara dengan Anak

Orang tua perlu memperhatikan bagaimana mereka berbicara dengan anak-anak mereka setelah mereka gagal dalam sesuatu atau membuat kesalahan. Ambil posisi sebagai sistem pendukung, bukan menghakimi.

"Periksa apakah Anda berbicara sebagai sekutu atau penuduh dengan mereka," kata Saakshi Singla, dikutip dari Times of India, Jumat, 8 September 2023. Dia juga mengatakan untuk menghindari penggunaan istilah seperti "Aku sudah bilang begitu".

2. Membangkitkan Kembali Harga Diri Anak

Dukungan orang tua dan cinta tanpa syarat sangat penting dalam kehidupan anak, terutama selama masa kegagalan atau kesulitan. Dengan memberikan cinta tanpa syarat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka membangun rasa harga diri yang kuat, yang memungkinkan mereka untuk menavigasi tantangan.

“Ketika kita memberikan cinta tanpa syarat, itu membantu anak -anak kita merasa bahwa mereka dicintai terlepas dari kesalahan mereka. Hal ini membuat mereka cenderung menginternalisasi 'kegagalan' mereka sebagai bagian dari identitas mereka, dan lebih cenderung bangkit kembali dari kesalahan, belajar dari mereka, dan melakukan koreksi,” ujar Saakshi Singla.

3. Hubungkan Kemenangan dengan Usaha, Bukan Hasil

Di dunia kompetisi ketat ini, anak -anak membutuhkan dorongan yang konsisten, baik dalam upaya pendidikan mereka dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya yang mereka ikuti. Pakar menyoroti pentingnya mewujudkan pendekatan pengasuhan yang melampaui satu-satunya penekanan pada pencapaian.

"Pastikan Anda menjelaskan kaitan menang dengan usaha, bukan hasil," jelas Saakshi Singla, "Ini adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk mencintai dan menghargai anak -anak kita seperti halnya mereka, bukan karena apa yang mereka lakukan," tambahnya.

Dia juga menekankan bahwa kita, sebagai orang tua, perlu mendefinisikan kembali kesuksesan dengan memisahkannya dari pencapaian.

“Pastikan anak-anak Anda tidak merasakan tekanan diterima atau disukai hanya ketika mereka menang atau baik-baik saja. Ceritakan kepada mereka bahwa mereka dicintai karena menjadi diri mereka sendiri, bukan karena pencapaian yang mereka bawa," ucapnya.

4. Hindari Membanding-bandingkan dengan Orang Lain

Berfokus pada pertumbuhan pribadi di atas perbandingan adalah jalan menuju kesuksesan. Pola pikir ini mendorong ketahanan, inovasi, dan rasa pemenuhan. Membandingkan diri dengan orang lain mengembangkan negativitas, sambil bersaing dengan diri menumbuhkan kemajuan dan kepuasan di jalur unik.

Anak-anak harus terutama fokus pada menyerap pendekatan ini dalam hidup, karena membandingkan diri mereka dengan orang lain, hanya akan menyebabkan penurunan harga diri mereka.

Saakshi Singla mengatakan, “Bagian dari pengembangan kompetisi yang sehat adalah mengajarkan anak-anak bahwa pesaing terpenting mereka adalah diri mereka sendiri. Kompetisi diri dapat membuat menoleransi kalah dan menang sedikit lebih mudah."

Peran Orang Tua saat Anak Menghadapi Masalah

Lantas timbul pertanyaan penting, haruskah kita membiarkan anak -anak menyelesaikan masalah mereka sendiri, atau haruskah orang tua menyelesaikannya untuk mereka?

Peran bimbingan orang tua tidak diragukan lagi penting dalam perkembangan anak, tetapi orang tua tidak selalu memberikan solusi siap pakai. Sebaliknya, anak -anak harus diizinkan untuk bergulat dengan masalah dan menemukan solusi, bahkan jika itu berarti mengalami beberapa perjuangan.

Tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi dipandang sebagai peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran, pada akhirnya menjadikannya lebih tangguh dan melengkapi mereka dengan keterampilan hidup yang penting.

“Ketika anak-anak menangani masalah, mereka akan belajar menavigasi kehidupan secara independen dari kita, yang juga merupakan tujuan pengasuhan yang tertinggi, ”kata Saakshi Singla.

Dia menambahkan bahwa perspektif yang mereka peroleh dalam proses ini akan mengajarkan mereka simpati kepada orang lain, pemahaman tentang bagaimana dunia bekerja, dan bagaimana bergaul dengan orang lain.

Akan tetapi, bukan berarti Anda sepenuhnya membiarkan anak mereka sendiri untuk menangani masalah. Terkadang ada sejumlah beban masalah yang begitu besar sehingga anak-anak butuh saran kita. Sebagai orang tua, kita perlu menyadari hal itu. Banyak profesional telah menawarkan saran yang dapat Anda gunakan dengan anak Anda untuk membantu mereka mengatasi situasi yang sulit seperti berikut ini.

- Jelaskan masalah yang sedang dihadapi anak dan cobalah beberapa upaya untuk mereka memahaminya termasuk mencari bantuan profesional, jurnal, dan minta maaf.

- Berhenti memikirkan kegagalan. Jika Anda terus berpikir atau berbicara tentang kejadian yang sama berulang kali, Anda tidak mungkin mengubah hasil akhirnya. Beri anak Anda istirahat dan mulailah dengan perspektif baru.

- Bantu anak-anak Anda memahami bahwa beberapa hal di luar kendali mereka, tetapi mereka dapat mengendalikan bagaimana mereka bereaksi terhadap situasi. Dorong mereka untuk fokus pada hal-hal yang dapat mereka pengaruhi dan melepaskan hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan.

- Kenalkan anak pada teknik mindfulness atau latihan pernapasan dalam untuk membantu mengelola stres dan kecemasan dan mengurangi perasaan luar biasa. Selama masa-masa sulit, menjaga rutinitas yang konsisten dapat memberikan stabilitas dan rasa normal. Contohnya, tetap pada waktu makan yang teratur, jadwal tidur, dan aktivitas sehari-hari sebanyak mungkin.

Pilihan Editor: 6 Cara Melatih Anak Mengatasi Masalah

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."