Mitos MPASI, Benarkah Anak-anak Belum Boleh Mengenal Beragam Rasa?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
 Ilustrasi bayi makan MPASI (pixabay.com)

Ilustrasi bayi makan MPASI (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Periode Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah usia emas di mana anak mulai belajar dan mengenal makan, namun nyatanya banyak bayi mengalami gagal tumbuh atau stunting karena pemberian MPASI yang kurang baik.  Namun, di tengah derasnya arus informasi, masih terdapat banyak mitos yang kerap membuat mereka khawatir.

Dokter Spesialis Anak Miza Dito Afrizal menerangkan dari sekian banyak mitos MPASI yang beredar, salah satu yang paling sering muncul adalah perihal rasa. Karena indera pengecap bayi belum sempurna, MPASI dianggap tidak perlu memiliki rasa, sehingga penggunaan gula, garam atau bumbu lainnya harus dihindari.

Faktanya, penambahan gula, garam dan bumbu diperbolehkan selama masih dalam batasan rekomendasi. Perlu diketahui bahwa sejak dalam kandungan, anak sebenarnya sudah mulai mengenal berbagai rasa dari makanan yang diasup oleh sang ibu. 

Namun, lanjut dia, perlu diketahui bila dalam kurun waktu 10 tahun ada imbauan agar tidak memakai bumbu atau tidak ada rasanya. Saran tersebut berlaku sesuai zamannya, bukan berarti saat itu imbauan itu tidak salah. "Riset terus berkembang, oleh sebab itu sekarang dianjurkan untuk mengeksplorasi rasa berupa bumbu saat MPASI," papar dr. Mirza dalam talkshow Wisata Royco yang digelar Royco, pada Jumat, 21 Juli 2023.

Air Susu Ibu atau ASI sendiri bahkan sudah memiliki rasa manis gurih yang merangsang bayi untuk lahap mengonsumsinya. Jadi, rasa MPASI yang hambar atau tidak enak justru menjadi salah satu penyebab utama anak melakukan Gerakan Tutup Mulut atau GTM.

"Untuk itu, ibu perlu membimbing anak melakukan 'Wisata Rasa' di tahapan pengenalan MPASI dengan menambahkan gula, garam, atau bumbu lainnya sesuai takaran yang direkomendasikan agar membantu anak mengeksplorasi berbagai jenis bahan makanan dan rasa, sekaligus menambah nafsu makannya," lanjut dr. Miza. 

Nikita Willy menjadi narasumber dalam acara Kampanye Wisata Royco, Jumat, 21 Juli 2023 di Jakarta/Foto: Cantika/

Kampanye Wisata Rasa untuk Eksplorasi Rasa 

Sementara itu, pihak pemerintah pun turut menyatakan apresiasi dan dukungan terhadap kampanye ini. Dalam sambutannya di acara peluncuran ini, dr. Maria Endang Sumiwi, MPH, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI menyatakan untuk bersama dan  berkolaborasi menekan prevalensi stunting di Indonesia. 

"Kami mengapresiasi komitmen dari PT Unilever Indonesia, Tbk untuk membantu para ibu dalam mendukung program peningkatan gizi dan penurunan stunting melalui edukasi bertema 'Wisata Rasa' dan demonstrasi masak MPASI lezat bergizi seimbang kaya akan protein hewani. Semoga bisa memperkuat kolaborasi yang sudah terjalin untuk meningkatkan kesadaran para orang tua terutama para Ibu Hebat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizi agar generasi muda Indonesia bisa tumbuh sehat dan semangat belajar."

Sebagai bagian dari program Royco Nutrimenu, Unilever menghadirkan kampanye 'Wisata Rasa MPASI Royco' melalui inovasi Royco Kaldu Spesial Hijau Rasa Jamur dan Rasa Ayam yang diformulasikan tanpa micin, lebih rendah garam , dan tanpa pengawet - sehingga cocok dipergunakan dalam aneka menu MPASI. Di kampanye ini, kami ingin membantu para ibu menghadirkan aneka sajian MPASI dengan nutrisi terbaik dan rasa yang disukai anak guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan di periode 1.000 HPK

Kampanye ini berangkat dari fakta bahwa para ibu kini semakin gencar mencari tahu mengenai MPASI. Sayangnya, di tengah derasnya arus informasi, masih terdapat banyak mitos yang kerap membuat mereka khawatir.

Pilihan Editor: Nikita Willy bagi Resep Tahu Bakso Kuah, Menu MPASI Favorit Baby Issa

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika


Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."