3 Dampak Buruk Plastik Sekali Pakai

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi Kantung Plastik. shutterstock.com

Ilustrasi Kantung Plastik. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaPlastik sekali pakai masih sering digunakan masyarakat. Alasan yang paling mudah orang menggunakan plastik sekali pakai adalah mudah dan anti ribet. Padahal sebenarnya ada banyak dampak buruk yang bisa terjadi bila gaya hidup itu terus dilakukan. Pengkampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Abdul Ghofar menyebut ada tiga kerugian yang disebabkan oleh penggunaan plastik sekali pakai, yakni kerugian kesehatan, lingkungan, dan finansial.

1 Risiko Kesehatan 

Ghofar menjelaskan, polusi plastik akibat penggunaan plastik sekali pakai berkontribusi signifikan terhadap risiko kesehatan, salah satunya karena paparan zat kimia yang terkandung dalam plastik. "Ada tambahan zat kimia beracun agar plastik keras, lunak, dan berwarna. Jika plastiknya digunakan untuk kemasan makanan tertentu atau barang tertentu, itu ada potensi paparan ke kita secara langsung," kata Ghofar pada Selasa 4 Juli 2023.

Selain itu, ia melanjutkan, tubuh juga dapat terkontaminasi oleh mikroplastik. Mikroplastik merupakan pecahan plastik berukuran kecil yang berasal dari plastik yang tercecer ke lingkungan dan tidak bisa terurai.

"Plastik tercecer ke lingkungan, tidak bisa terurai, jadi pecahan-pecahan kecil mikroplastik, lalu dikonsumsi oleh ikan dan lain sebagainya, lalu kita makan, dan mikroplastik masuk ke tubuh kita. Temuannya sudah banyak, mikroplastik dalam darah, di dalam plasenta, udara, dan sebagainya," ujar Ghofar.

2. Masalah Lingkungan

Ada pula masalah lingkungan yang akan terjadi bila kebiasaan menggunakan plastik sekali pakai diteruskan. Ghofar mengatakan bahwa sekitar 12 juta ton sampah di Indonesia pada 2022 merupakan sampah plastik yang mayoritas di antaranya adalah plastik sekali pakai.

Sampah plastik tersebut, kata dia, tidak semua berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan tidak semua dapat didaur ulang. "Dia mencemari sungai, laut, dan pesisir kita, terus ekosistem flora dan fauna terancam, sehingga ada penurunan kualitas lingkungan kita termasuk penurunan kualitas udara," katanya.

Di samping itu, lanjut dia, sampah plastik sekali pakai juga menjadi kontributor perubahan iklim sebab plastik terbuat dari minyak dan gas bumi.

3. Kerugian Finansial

Dari segi masalah finansial, Ghofar mengatakan ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan oleh pemerintah hingga masyarakat untuk menangani permasalahan sampah plastik. "Ini jarang dibahas, ada yang namanya eksternalitas, yaitu kerugian yang muncul tidak dari proses produksinya tapi dari proses pasca penggunaan. Harus memikirkan pengumpulannya, bersih-bersih pantainya, pembersihan plastik untuk didaur ulang, untuk bersih-bersih sungainya, pemulihan ekosistem, dan lain sebagainya," kata Ghofar.

Untuk itu, Ghofar mengatakan, Hari Bebas Kantong Plastik Sedunia yang diperingati pada 3 Juli merupakan momentum penting untuk menyuarakan bahwa kantong plastik terutama plastik sekali pakai telah menjadi keresahan global yang harus ditindak secara serius.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menggencarkan 3R yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), dan recycle (mendaur ulang) untuk menangani dan mengelola sampah plastik.

Namun menurut Ghofar, ada tahapan-tahapan lain yang juga perlu didorong lebih kuat, salah satunya peraturan pembatasan plastik sekali pakai guna mengurangi konsumsi plastik sekali pakai yang berlebih di masyarakat. "Catatan kami ada 100 kabupaten/kota, dua provinsi, yang punya peraturan pembatasan plastik sekali pakai yang mayoritas di antaranya melarang penggunaan kantong belanja sekali pakai. Itu momentum yang pas untuk mendorong perubahan dari bawah, dari masyarakat," ujar Ghofar.

Pilihan Editor: Fokus pada Masalah Lingkungan, saatnya Perusahaan Kurangi Sampah Plastik

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."