Pentingnya Anak Muda Pupuk Toleransi Sejak Dini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Diskusi

Diskusi "Merawat Toleransi: Bicara Equity, Diversity & Inclusion di Hari Lahir Pancasila"/Unilever

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Salah satu pemenang Every U Does Good Heroes 2022, yang juga Co-founder & Director Bastra ID, Tito Tri Kadafi mengajak anak muda untuk merawat toleransi. “Saya percaya, dengan membuat lebih banyak generasi muda mampu bernegosiasi dan berargumentasi secara asertif, maka dunia yang lebih toleran terhadap keberagaman akan berpotensi untuk tercipta," katanya dalam keterangan pers yang diterima Cantika pada akhir Mei 2023. 

Bastra ID menggagas sejumlah program seperti Kartu Berembug: media permainan kartu yang mengajarkan negosiasi dan argumentasi lisan pada siswa SMP dan SMA, serta kelas ‘Remaja Belajar Menulis Konten’. Permainan itu berupa program inkubasi penulisan essai untuk belajar berargumentasi dan bernegosiasi secara tertulis. "Kita tidak bisa memastikan sebuah kota menjadi toleran, tapi kita bisa mengusahakannya,” ujar Tito optimis.

Tito merasa penting sekali agar generasi muda memupuk rasa toleransi. Hal itu, katanya, bisa menjadi kunci mewujudkan semboyan negara kita.

“Semangat generasi muda harus terus dipupuk agar toleransi dalam bentuk pengakuan dan perlakuan yang adil, non diskriminatif, dan inklusif dalam menyikapi kemajemukan akan terus menjadi kunci untuk mewujudkan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Semoga dialog hari ini akan melahirkan lebih banyak aksi nyata yang sejalan dengan langkah kami dalam mendorong Equity, Diversity & Inclusion demi dampak yang terus berlipat ganda,” kata Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia Kristy Nelwan.

Berbagai kemajuan telah dicapai Unilever Indonesia selama 2022. Hal ini menjadi pijakan untuk melahirkan berbagai inisiatif baru sembari menjalin kolaborasi lebih kuat dengan berbagai pihak yang memiliki misi sejalan untuk terus menghidupkan semangat toleransi di Indonesia. Salah satunya dengan merangkul generasi muda yang nyatanya semakin peka dan mendukung upaya-upaya keadilan, keberagaman dan inklusi. 

Ada sejumlah fakta yang mencerminkan harapan bagi masa depan Indonesia yang lebih inklusif, contohnya Indonesia Millennial Report 2022 menunjukkan 61 persen milenial mendukung kesetaraan gender, dan 62 persempuan percaya bahwa perempuan memiliki kemampuan setara untuk menjadi pemimin. Di situs indorelawan.org, tercatat setidaknya lebih dari 160 gerakan/program yang dimotori generasi muda untuk memperjuangkan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas. Riset International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dan Lembaga Demografi FEB UI di 2022 menyebutkan 74 persen Gen-Z mendukung adanya tempat ibadah agama minoritas di sekolah-sekolah. 

Menyambut Hari Lahir Pancasila, SETARA Institute dan Unilever Indonesia menggelar diskusi yang diikuti oleh lebih dari 700 milenial dan Gen-Z sebagai upaya mengajak anak muda untuk lebih toleran. Bertema “Merawat Toleransi: Bicara Equity, Diversity & Inclusion di Hari Lahir Pancasila”. Harapannya tercipta masyarakat yang adil dan makmur. 

Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni adalah momen untuk merefleksi betapa nilai-nilai toleransi yang telah tertanam di dalam kelima sila Pancasila adalah titik temu dan pemersatu kemajemukan di Indonesia. Namun tak dapat dipungkiri, negara kita masih dihadapkan dengan banyak kasus intoleransi dan diskriminasi. Direktur Eksekutif SETARA Institute , Halili Hasan menyampaikan  Global Gender Gap Report 2022 oleh World Economic Forum (WEF) menempatkan Indonesia di peringkat 7 dari 11 negara ASEAN dalam hal indeks kesenjangan gender. Selain itu, menurut data Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2022 terdapat 4.371 kasus yang diadukan, dimana 79 persen di antaranya adalah kekerasan berbasis gender 

Menurut Laporan Kemitraan Australia-Indonesia (AIPJ), Indonesia mengalami persoalan serius berkaitan dengan kuatnya stigma seputar penyandang disabilitas, pendekatan berbasis karitas dan medis terhadap mereka, serta tidak adanya data yang akurat dan komprehensif tentang penyandang disabilitas di Indonesia. Hal ini menjadi hambatan besar karena menghalangi dilakukannya advokasi berbasis bukti, kajian kebutuhan, formulasi kebijakan, pemantauan kemajuan, dan evaluasi secara tepat. 

Dalam catatan SETARA Institute, sepanjang tahun 2022 terdapat 175 peristiwa dengan 333 tindakan pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) di Indonesia – angka ini meningkat dibandingkan dengan temuan tahun lalu. "Menyikapi kondisi ini, setiap dari kita punya peran dan tanggung jawab untuk berkontribusi merawat toleransi, mulai dari Pemerintah, individu, hingga institusi atau organisasi," kata Halili Hasan.

Kristy Nelwan, mengatakan menginjak tahun ke-90 beroperasi di tanah air, mengatakan timnya terus menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan menghormati keragaman di masyarakat Indonesia. Ada 3 fokus utama dalam menegakkan keadilan keberagaman dan inklusi Unilever Indonesia. Dalam hal kejadian gender, timnya bukan lagi bicara mengenai kesetaraan atau equality, melainkan keadilan atau equity. "Memberikan kesempatan yang sama, perlakuan adil, dan support yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan unik dari setiap perempuan dalam menunjukkan potensi dan kiprahnya," kata Kristy.

Dalam hal Keadilan untuk Penyandang Disabilitas, timnya berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang ramah disabilitas, dan membuka peluang yang adil bagi penyandang disabilitas untuk membuktikan kemampuan mereka tanpa keraguan. Ketiga, tim Kristy pun lakukan penghapusan diskriminasi dan stigma. Salah satunya cengan cara mempromosikan rasa saling percaya, menghormati hak asasi manusia, dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua orang dengan melawan diskriminasi dan stigma.

Pilihan Editor: HUT RI ke-77, Indy Barends Ajak Anak Pahami Nilai Toleransi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."