Waspada, Kehamilan Disertai Migrain Berisiko Penyakit Komplikasi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi Kehamilan. TEMPO/Aditia Noviansyah

Ilustrasi Kehamilan. TEMPO/Aditia Noviansyah

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah Anda, nyeri migrain bisa lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pria perempuan memiliki peluang 2 sampai 3 kali lebih tinggi mengalami migrain dalam hidup mereka dibandingkan dengan pria dan kondisi ini paling sering terjadi pada wanita berusia 18 hingga 44 tahun.

Peneliti dari Brigham and Women's Hospital di Boston mengatakan migrain dapat menyebabkan efek samping pada kehamilan yang merugikan, seperti yang disiarkan Medical Daily, Jumat, 5 Mei 2023. 

Para peneliti ini melakukan studi skala besar untuk memastikan hubungan antara migrain yang sudah ada sebelumnya dan kemungkinan mengalami diabetes gestasional, hipertensi gestasional, preeklampsia, persalinan prematur, dan berat badan lahir rendah selama kehamilan.

Temuan studi mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Neurology, menunjukkan bahwa meskipun migrain tidak terkait dengan diabetes gestasional atau berat badan lahir bayi rendah, migrain memiliki kaitan dengan risiko kelahiran prematur 17 persen lebih tinggi, risiko hipertensi gestasional 28 persen lebih tinggi, dan risiko preeklampsia 40 persen lebih tinggi.

Para peneliti memperhatikan bahwa kemungkinan komplikasi selama kehamilan wanita meningkat karena sakit kepala mereka menjadi lebih parah. Namun, mereka yang mengonsumsi aspirin memiliki risiko yang jauh lebih rendah mengalami kelahiran prematur dan komplikasi terkait, terutama preeklampsia, sesuai temuan penelitian.

Sarah E. Vollbracht, seorang profesor neurologi di Universitas Columbia di New York yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan skrining migrain harus dimasukkan dalam penilaian obstetrik awal mengingat temuan ini.

"Mengingat tingginya prevalensi migrain pada wanita usia subur, temuan ini menunjukkan bahwa skrining migrain harus dimasukkan dalam penilaian obstetrik awal untuk menentukan apakah seorang wanita berisiko hasil kehamilan yang merugikan dan wanita dengan migrain harus diikuti selama kehamilan dan dipantau untuk perkembangan gangguan hipertensi pada kehamilan," katanya.

Dr. Matthew Robbins, seorang profesor neurologi di Weill Cornell Medicine di New York yang juga tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa temuan tersebut kemungkinan akan memberikan jalan baru untuk penelitian masa depan mengenai subjek tersebut.

"Sekarang, kita tahu bahwa risiko ini dapat meluas ke komplikasi kehamilan termasuk tingkat yang lebih tinggi dari kondisi kardiovaskular khusus kehamilan seperti hipertensi gestasional dan preeklampsia," katanya, seperti dilansir Medical News Today.

Pilihan Editor: 5 Keluhan Ibu Hamil yang Paling Sering Dialami

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."