Pentingnya Mencukupi Protein Hewani pada Anak, Ini Penjelasan IDAI

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak makan junk food. shutterstock.com

Ilustrasi anak makan junk food. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan pentingnya mencukupi asupan protein hewani dan serat dari sumber alami pada anak. Tujuannya mencegah anak makan camilan rendah nutrisi atau junk food.

Lebih lanjut dia memaparkan bahwa protein hewani seperti telur dan ikan yang kemudian diolah menjadi makanan tradisional semisal pindang telur, rendang dan lainnya serta sumber serat misalnya sayuran hijau serta buah-buahan termasuk memiliki indeks glikemik rendah yang berarti membuat seseorang kenyang lebih lama.

"Makanan tradisional dari real food ini akan mengenyangkan, kenyangnya lama dan kalau sudah kenyangnya lama dia tidak akan snacking (yang tidak sehat)," ujar Piprim dalam sebuah diskusi media secara daring, Selasa, 7 Maret 2023.

Orang tua untuk disarankan mengenalkan protein hewani pada anak mereka sejak masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Sebab selain membantu mencegah anak terkena obesitas, juga mengatasi stunting atau kondisi perkembangan otak dan tumbuh kembang anak yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Jenis makanan sendiri sangat berpengaruh pada perilaku makan berlebih atau overeating dan obesitas. Studi sejak 24 tahun lalu dengan melibatkan anak-anak memperlihatkan partisipan yang diberi makanan indeks glikemik tinggi, gula darahnya meningkat dan turun secara cepat. Begitu juga dengan insulinnya.

"Indeks lapar anak-anak yang mendapat makanan indeks glikemik tinggi itu lebih cepat lapar maka energy cumulative intake-nya jadi tinggi. Sedangkan anak yang diberi makanan dengan indeks glikemik rendah, hunger rating-nya rendah atau tidak gampang lapar," jelas Piprim.

Indeks Glikemik

Menurut Kementerian Kesehatan, indeks glikemik (IG) merupakan indikator cepat atau lambatnya unsur karbohidrat dalam bahan pangan meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.

Studi yang dipublikasikan melalui JAMA Network tahun 2007 menunjukkan, makanan dengan indeks glikemik tinggi meningkatkan kadar glukosa darah secara signifikan, sehingga meningkatkan permintaan insulin. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah pada pankreas yang pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes.

"Indeks glikemik kalau makin tinggi itu makanan yang begitu dimakan langsung jadi gula seperti instant oatmeal, susu. Junk food, ultra-processed food yang tinggi gula selain membahayakan kesehatan ini bikin anak kecanduan," jelas Piprim.

Makanan indeks glikemik tinggi juga dikatakan dapat meningkatkan penyimpanan lemak dan meningkatkan risiko obesitas. Pada kondisi obesitas, terjadi penumpukan lemak akibat kelebihan kalori dalam bentuk lemak. Lemak kemudian menumpuk pada daerah tubuh yang seharusnya tidak ada lemak, seperti selaput luar jantung, di dalam otot jantung dan hati yang dapat berujung masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan hati.

Pilihan Editor: Protein Hewani Tidak Boleh Dilupakan Dalam Upaya Cegah Stunting

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."