Indonesia Fashion Week 2023 Hadirkan Tema Sulam Karawo dari Gorontalo

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono menjelaskan, hadirnya Indonesia Young Fashion Designer Competition karena APPMI ingin mencari talenta-talenta muda yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya yang sudah memiliki pendidikan fashion/Foto: Cantika/Ecka Pramita

Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Poppy Dharsono menjelaskan, hadirnya Indonesia Young Fashion Designer Competition karena APPMI ingin mencari talenta-talenta muda yang tersebar di seluruh Indonesia, khususnya yang sudah memiliki pendidikan fashion/Foto: Cantika/Ecka Pramita

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pekan mode Indonesia Fashion Week 2023 atau IFW 2023 akan menampilkan fashion dan budaya Indonesia pada Februari mendatang. Tema yang akan diusung tahun depan ialah mengangkat tema Touch of Gorontalo, khususnya sulam Karawo dari Gorontalo. Sejalan dengan konsisten dengan komitmen Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) untuk terus mengembangkan dan mempromosikan budaya Indonesia menggunakan fashion.

Seperti perhelatan IFW 2019 yang juga mengangkat budaya lokal Kalimantan bertajuk Borneo. Budaya Kalimantan yang pernah ditonjolkan termasuk sarung Samarinda, sarung tenun Pagatan, batik Dayak Ngaju, kain Sasirangan, dan berbagai kain lainnya yang memukau. 

Ragam kekayaan budaya Indonesia telah menjadi kunci perkembangan pesat industri mode di Indonesia, sehingga APPMI berharap bisa menarik pasar yang lebih besar dengan menampilkan paduan busana tradisional dengan gaya milenial.

Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia atau APPMI Poppy Dharsono mentakan salah satu kekuatan budaya lokal ialah potensi baharinya. Oleh sebab itu, dimulai dari ajang Indonesia Young Fashion Designer Competition, para peserta diminta untuk mengelaborasi kekayaan budaya Gorontalo sehingga linier dengan tema IFW.  

"Kami memberikan sedikit pendampingan dengan tujuan mereka bisa mengahdirkan sentuhan Gorontalo untuk karya mereka, selain itu kami berharap produk yang dihadikan bisa menjadi salah satu daya tarik masyarakat dunia untuk mengunjungi Gorontalo," ujar Poppy dalam konferensi pers, Kamis 15 Desember 2022. 

Poppy menambahkan jika Gorontalo dikelilingi oleh laut, maka kita kerucutkan lagi batasan apa yang akan diambil, sebab berbicara kultur tidak ada batasan. Gorontalo mempunyai sulam yang dipakai seluruh masyarakat untuk sehari-hari yang dinamai sulam karawo

"Sulam karawo hanya dibuat dari kain katun jepang, kain sifon, benang sulam, dan benang isi. Jenis inilah yang ada di kota itu, harganya murah dan sangat terbatas. Sulaman akan sulit sebab dibuat dengan 4 tahapan mulai dari digambar lebih dulu dengan ukuran sentimeter untuk menghitung kotaknya, dihitung, dilukis, dipotong, dan ditarik benang," jelasnya. 

"Setelah selesai jadinya menerawang baru kemudian disulam, itu memakan waktu lama dan hasilnya jika ditinjau dari harga belum mencapai target mereka. Kain tersebut bisa dimodifikasi dengan sutra atau tenun polos, organza, silk atau benangnya diubah, tadinya benang nylon bisa pakai benang lain yang sesuai." 

Sebagai informasi, perhelatan IFW 2023 menjadi momentum bersejarah, karena beriringan dengan 10 tahun penyelenggaraannya. Di pelaksanaannya ini, bukan hanya akan tampil koleksi terbaru dari 200 lebih desainer muda dan senior, tapi setiap tahunnya juga selalu digelar Indonesia Young Fashion Designer Competition (IYFDC) yang mana merupakan ajang pencarian desainer muda berbakat dari seluruh Indonesia. 

Para desainer muda yang unggul di Indonesia Young Fashion Designer Competition dipastikan siap bersaing di dunia fashion. Pemenangnya juga akan mendapat banyak keuntungan yang luar biasa. 

Baca: Menuju IFW 2023, APPMI Gelar Indonesia Young Fashion Designer Competition

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."