Manfaat Mendengarkan Musik saat Olahraga

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita siap olahraga. Freepik.com/Wayhomestudio

Ilustrasi wanita siap olahraga. Freepik.com/Wayhomestudio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ratusan penelitian telah menunjukkan manfaat mendengarkan musik saat olahraga. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychology of Sport and Exercise menemukan bahwa musik bisa meningkatkan semangat menikmati olahraga sebanyak 28 persen, sementara ulasan lain menemukan bahwa musik adalah strategi yang efektif untuk mengelola rasa sakit dan kelelahan.

Saat Anda mendengarkan musik saat latihan, secara tidak sadar Anda mencocokkan gerakan dengan irama. Di situlah, musik bertindak sebagai pengalih perhatian. Selama latihan intensitas ringan dan sedang, musik juga membantu Anda berolahraga lebih lama sebelum merasa lelah.

Lantas, lebih baik mendengarkan musik tempo lambat atau tempo cepat saat olahraga? Jawabannya tergantung pada jenis latihan yang dilakukan.

Beberapa di antara kita memilih musik tempo cepat saat latihan intens. Contohnya, banyak yang mendengarkan musik 180 bpm untuk CrossFit dan 170 bpm untuk Zumba.Ternyata pakar psikologi olahraga menyarankan mendengarkan musik tempo lambat lebih efektif untuk olahraga intens.

Di studi kasus lain, sejumlah orang mencoba mencapai 180 langkah per menit selama sesi lari cepat diiringi dengan musik 180 bpm. Beats per minute atau jumlah ketukan dalam satu menit. Ternyata cara berhitung itu tidak tepat menurut profesor psikologi olahraga Costas Karageorghis, yang telah mempelajari dampak musik pada olahraga untuk lebih dari dua dekade.

"Perhitungan itu tidak dalam repertoar mendengarkan kebanyakan orang. Itu terlalu cepat. Dan, bagi kebanyakan orang, 180 bpm cukup intens dan sangat sulit untuk mempertahankan sinkronisitas," ujar Karageorghis.

Karageorghis merekomendasikan musik tempo lambat. "Temukan musik yang 90 ketukan per menit. Itu mungkin akan ada di lebih banyak daftar putar musik rap dan urban," katanya.

Mengapa? Dengan ketukan musik yang lebih lambat bisa mencocokkan setiap gerakan lainnya. Misalnya, saat berlari, Anda dapat melakukan siklus langkah—dua langkah—untuk setiap ketukan. Metode yang sama dapat digunakan untuk semua jenis aktivitas yang disinkronkan seperti mendayung dan pelatihan HIIT.

"Yang kami sarankan adalah umenghindari musik di bawah 100 bpm saat Anda olahraga intens dan menghindari musik di atas 140 bpm saat olahraga ringan," kata Dr. Jones. Coba Running With the Night karya Lionel Richie (120 bpm), Run To You karya Bryan Adams (126 bpm), atau Where Are We Runnin karya Lenny Kravitz (130 bpm) untuk variasi daftar musik saat olahraga.

WELL+GOOD

Baca juga: Belajar Rasa Empati Bisa Melalui Musik?

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."