Gen Z Itu Bermental Lemah?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Penonton mengenakan aksesoris saat mengantre masuk konser Revival Tour Selena Gomez di Indonesia Convention Exhibition, BSD, Tangerang, Banten, 23 Juli 2016. Pelantun lagu Hands to Myself tersebut akan menghibur penggemarnya kurang lebih satu setengah jam. TEMPO/Nurdiansah

Penonton mengenakan aksesoris saat mengantre masuk konser Revival Tour Selena Gomez di Indonesia Convention Exhibition, BSD, Tangerang, Banten, 23 Juli 2016. Pelantun lagu Hands to Myself tersebut akan menghibur penggemarnya kurang lebih satu setengah jam. TEMPO/Nurdiansah

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam video-video yang beredar di media sosial, ada pengguna yang membuat perbandingan reaksi antara generasi Z--yang lahir antara 1996 dan 2012--dengan generasi sebelumnya saat menghadapi situasi. Stereotipe yang melekat pada Gen Z adalah lebih sensitif dan tidak "sekuat" generasi-generasi pendahulunya.

Betulkah stereotipe bahwa Gen Z punya mental lebih lemah?

Menurut aktivis HAM dan penggiat inklusi Dr. Bahrul Fuad, M.A., hal itu hanyalah stigma karena masalah seputar kesehatan mental sudah terjadi sejak lama, hanya saja kesadaran soal kesehatan mental di masa lalu belum seperti sekarang.

"Zaman saya, pendekatannya ke dukun, sekarang ke profesional. Kalau lihat data, orang dewasa yang dipasung di daerah pedesaan juga masih banyak. Artinya, kesehatan mental jadi persoalan sejak dulu," kata Bahrul.

Di sisi lain, Presiden Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia (INASP) Dr. Sandersan Onie menuturkan generasi muda memang lebih rentan terkena depresi. Ini disebabkan tantangan yang dihadapi mereka jauh lebih berat dibandingkan generasi sebelumnya.

Persaingan jauh lebih ketat, belum lagi media sosial yang membuat mereka jadi sibuk membandingkan diri sendiri dengan persona sempurna yang diunggah di dunia maya.

"Anak saat bertumbuh tidak cuma dibandingkan dengan kakak, adik atau teman, tapi di media sosial dibandingkan dengan anak dari seluruh dunia," katanya.

Generasi Z lebih berani mengakui kerapuhan dirinya karena mereka terpapar informasi mengenai kesehatan mental. Ini, katanya, patut dikagumi karena semua orang pasti mengalami masalah, tapi butuh keberanian untuk terbuka mengakuinya.

Menghakimi, memberi label bahkan menganggap remeh bukanlah langkah yang bijak bagi orang dewasa dalam menghadapi Generasi Z. Orang dewasa sebaiknya memberikan contoh terbaik dalam menjaga kesehatan mental.

Baca: 3 Tips Agar Gen Z Bisa Komitmen Lakukan Investasi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."