4 Tips Langsung Dapat Kerja Bagi Fresh Graduate

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi Fresh Graduate. Shutterstock.com

Ilustrasi Fresh Graduate. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Para lulusan baru alias fresh graduate, mungkin sedang menenangkan diri setelah melewati berbagai ujiann akhir atau pun pembuatan skripsi. Beberapa juga mungkin sudah merasa was-was dan sibuk mencari kerja. Tentu saja selalu ada tantangan dalam menjalani tahapan hidup, termasuk mencari pekerjaan. 

Dalam Webinar SEVIMA, Jumat, Triaji Lahardi selaku Ketua Bidang Perkumpulan Praktisi dan Profesional Hubungan Industrial, mengajak para lulusan baru untuk terus berjuang meraih cita-citanya. “Para fresh graduate yang akan lulus dari sekolah dan kampus tercinta, setelah lulus nanti anda akan dihadapkan dengan ribuan kesempatan. Bisa bekerja, bisa membuka lapangan kerja, bisa juga mengeksplor banyak hal lainnya. Tapi teman-teman juga akan dihadapkan dengan ribuan pesaing. Inilah kondisi yang kita hadapi bersama!,” kata Triaji dikutip dari siaran resmi.

Untuk menaklukkan tantangan sebagai lulusan baru, Triaji membagikan empat tips sukses mendapat pekerjaan bagi fresh graduate.

1. Persiapkan diri secara matang dan sedini mungkin

Mencari pekerjaan adalah proses yang panjang. Mulai dari membuat lamaran kerja dan Curriculum Vitae (CV), mencari lowongan kerja, hingga proses wawancara. Menurut Triaji, proses tersebut bisa jadi melelahkan dan membuat panik untuk beberapa orang.

Oleh karena itu, tips pertama dari Triaji adalah lulusan baru sebaiknya menyiapkan diri secara matang sejak jauh-jauh hari. Mencari pekerjaan bisa dilakukan sebelum lulus sekolah/kuliah. Sejak di bangku sekolah dan kuliah pun, para pelajar sudah bisa bekerja atau magang.

Membuat CV juga perlu dilakukan sejak jauh-jauh hari. Karena CV yang baik perlu mencantumkan kualifikasi utama yang singkat namun membedakan lulusan baru tersebut dengan lulusan baru lainnya. Misalnya lulusan akuntansi yang sudah menguasai atau memiliki sertifikasi terkait Pedoman Standar Akuntansi Keuangan, tentu berbeda dengan lulusan akuntansi yang belum menguasai kemampuan tersebut.

“Banyak teman-teman kurang mempersiapkan diri, mau wisuda baru panik dan hunting pekerjaan. Padahal, banyak perusahaan membuka lowongan magang, praktek lapangan, hingga kunjungan atau kerja remote. Saran saya, mumpung kita belum keluar dari pagar kampus, ikutilah kesempatan-kesempatan tersebut, dan jangan ragu-ragu untuk menunjukkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dalam CV dan wawancara kerja” ungkap Triaji.

2. Jangan asal memilih pekerjaan

Tidak bisa dipungkiri, sebagian lulusan baru berkeinginan untuk segera memiliki gaji sendiri setelah lulus. Sehingga ketika memperoleh informasi terkait lowongan kerja, lulusan baru tersebut langsung saja mendaftar tanpa melihat kemampuan diri, maupun bidang kerja yang sedang dilamar.

Triaji berpesan, sebisa mungkin lulusan baru bisa memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Karena pekerjaan pertama yang diambil para lulusan baru nantinya akan menentukan karir di masa mendatang. Pilihlah pekerjaan dengan cara mengukur diri sendiri. Misalnya dengan cara mencocokkan apa kompetensi yang dimiliki, apa bidang yang disukai, dan apa yang nantinya akan dikerjakan.

Jika memang belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai bidang karena kompetisi mencari kerja begitu ketat, Triaji mengajak lulusan baru untuk tetap berusaha mempelajari bidang kerja barunya saat ini, namun jangan sampai melupakan passion yang diinginkan. Sebab, bisa jadi kesempatan yang tepat akan datang di masa depan.

“Karena kalau memaksakan sesuatu yang bukan bidang atau kegemarannya, salah tempat bekerja itu bisa (menimbulkan) stres. Siklusnya: hasil pekerjaan tidak bagus, menghambat prestasi, akhirnya bekerja seadanya dan pendapatan yang diperoleh juga tidak optimal. Insya Allah, bisa moncer berkarier kalau memang bidangnya tepat dan sesuai dengan skill dan keinginannya. Saya punya anggota tim yang masuk sebagai HR, tapi passion-nya jualan. Akhirnya benar saja, saat ini dia dibajak perusahaan lain dan moncer sebagai Group Head Sales (kepala penjualan)."

3. Kuasai kemampuan komunikasi dan adaptasi

Bidang pekerjaan boleh jadi bermacam-macam. Akan tetapi dimanapun seseorang bekerja, pasti akan berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu menurut Triaji, kemampuan komunikasi (Public Speaking) dan kemampuan beradaptasi menjadi sangat penting.

Lulusan baru, menurut Triaji, juga perlu menguasai dua hal ini karena perlu menunjukkan kemampuan dirinya kepada pihak yang melakukan wawancara kerja. Sehingga dapat membedakan lulusan baru tersebut dengan lulusan baru lainnya

“Jadilah aktif dan antusias saat diwawancara, tunjukkan kegiatan dan keahlian selama bersekolah dan berkuliah agar bisa meyakinkan pewawancara bahwa anda adalah kandidat yang tepat untuk perusahaan. Kemampuan komunikasi ini akan terus dibutuhkan karena ketika kita bekerja tidak sendiri, dan adaptasi penting karena dunia terus berubah!,” lanjut Triaji.

4. Ambil pelajaran dari setiap kegagalan

Walaupun sudah berusaha untuk menampilkan yang terbaik dalam proses melamar kerja dan wawancara, tak jarang lulusan baru masih menghadapi penolakan dari perusahaan. Triaji mengajak lulusan baru untuk pantang menyerah dalam menghadapi penolakan.

Penolakan juga bisa menjadi kesempatan lulusan baru untuk belajar. Misalnya, memahami apa yang kurang dari CV, dari proses wawancara, dan bagaimana kondisi pesaing di bidang tersebut. “Penolakan diambil pelajarannya, apa yang kurang dari kita, dan apa yang bisa kita lakukan lebih baik kedepannya agar bisa lebih unggul dibanding kandidat pelamar kerja lainnya. Selain itu jika menghadapi penolakan, jangan terlalu diambil hati karena jika ditolak saat wawancara, umumnya teman-teman sudah menyingkirkan puluhan, ratusan, bahkan ribuan kandidat lainnya yang tidak lolos sejak mengirimkan CV atau surat lamarannya. Terus belajar,” kata dia.

Baca: Tips Bikin CV untuk Fresh Graduate, Harus Ditulis Bahasa Indonesia atau Inggris?

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."