Kenali Makna dan Keistimewaan Paes seperti yang Dipakai Maudy Ayunda

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Potret Maudy Ayunda dalam momen adat pemasangan paes/Foto: Instagram/Maudy Ayunda

Potret Maudy Ayunda dalam momen adat pemasangan paes/Foto: Instagram/Maudy Ayunda

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hari ini Maudy Ayunda kembali membagikan foto-foto momen pernikahaannya dengan Jesse Choi yang telah berlangsung pada Minggu, 22 Mei 2022. Foto yang telah mengagetkan warganet dan tentu saja penggemarnya ini memang sungguh menarik. Salah satunya saat Maudy Ayunda menikah yang didahului ritual adat Jawa yakni siraman dan pemasangan paes.

"Pra-ritual dan Akad di rumah - intim, bermakna, dikelilingi oleh orang-orang terdekat kita. Bersyukur dan terima kasih kami yang terdalam untuk vendor dan kolaborator yang luar biasa yang telah mencurahkan hati dan jiwa mereka untuk mewujudkan ini." tulis Maudy.

Dalam kolase foto yang diunggahnya, Maudy tampak anggun dengan kebaya klasik warna hijau sage beraksen backless dari Vera Anggraini yang dipadukan dengan kain batik coklat. Tak lupa pelantun Perahu Kertas ini juga mengenakan sanggul tradisional dan hiasan paes yang ditata oleh Mamie Hairdo.

Begitu pula dengan kebaya sungkeman dan siraman, Maudy juga mengenakan kebaya warna putih yang terdapat detail brokat dari Vera Anggraini. Kain warna hijau sage tampak menarik perhatian karena berbentuk simetris dan layer dengan aksen beads keemasan. Maudy juga mengenakan perhiasan dari Tulola yang menambah anggun tampilannya.

Melansir laman Bride Story, paes adalah riasan untuk pengantin perempuan dari area dahi hingga rambut. Lekukan-lekukan paes pada dahi disebut cengkorongan. Yogyakarta dan Solo adalah dua daerah yang dikenal akan paesnya. Paes biasanya menggunakan pidih berwarna hitam, kecuali paes basahan Solo yang berwarna hijau

Nilai yang sarat filosofi ini sebenarnya merupakan sebuah gambaran dari pondasi pernikahan itu sendiri.

Gajahan/panunggul

Bentuk ini adalah lekukan paling lebar di bagian tengah yang menyerupai huruf U. Gajahan (paes Solo, gambar atas) atau panunggul (paes ageng) mengambil bentuk gunung dan melambangkan Trimurti (tiga kekuatan dewa tunggal). Bentuk ini mewakilkan sebuah harapan jika kehormatan dan derajat seorang perempuan akan ditinggikan ketika dia menikah.
Pada paes basahan dan paes putri Solo bentuk lekukan lebih besar, sedangkan pada paes ageng lebih ramping, dan pada paes putri Yogyakarta bahkan ujungnya lebih runcing.

Citak

Bentuk seperti berlian ini digambar di dahi dan di antara alis. Merefleksikan mata Dewa Siwa sebagai pusat ide dan pikiran, citak mewakilkan harapan pengantin perempuan yang cerdas, cemerlang, dan berakhlak baik. Citak diaplikasikan pada semua jenis paes, kecuali paes putri Solo.

Pengapit

Di samping kiri dan kanan gajahan terdapat dua buah bentuk lekukan yang runcing. Disebut pengapit, bentuk ini diibaratkan sebagai pengendali gajahan. Artinya, walaupun dalam rumah tangga banyak rintangan, pengantin diharapkan selalu berjalan lurus sesuai tujuannya yang mulia.

Penitis

Di sebelah pengapit terdapat penitis. Lekukan yang tidak runcing dan tidak sebesar gajahan ini melambangkan bahwa segala sesuai harus memiliki tujuan dan dijalankan secara efektif, termasuk urusan mengelola keuangan keluarga.

Godheg

Di dekat telinga, pengantin akan dibubuhi lekukan kecil yang disebut godgeh. Melambangkan kebijaksanaan, godheg merupakan sebuah pengingat bagi calon pengantin untuk selalu intropeksi diri, serta sebuah doa agar pengantin diberi keturunan.

Baca: Detail Kebaya Maudy Ayunda Karya Eddy Betty, Klasik dan Bernuansa Etnik

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."