Tren Minuman Cokelat Semakin Digemari Masyarakat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi minuman cokelat panas. Freepik.com/Rawpixel

Ilustrasi minuman cokelat panas. Freepik.com/Rawpixel

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pemilik Usaha Pipiltin Cocoa Tissa Aunilla mengatakan salah satu tren cokelat saat ini adalah minuman cokelat atau chocolate drink. "Selain chocolate bar, juga chocolate drink yang betul-betul trennya sangat baik, karena di Indonesia kita tidak terbiasa makan chocolate bar. Saya kalau ada di kulkas chocolate bar, lalu bosan, saya bikin jadi chocolate drink," kata dia dalam konferensi pers virtual dengan Tokopedia pada 12 Mei 2022.

Ia mengatakan minuman cokelat dibuat dengan cokelat leleh dengan raasa manis yang lebih sedikit dan konsistensinya yang lebih kental. Minuman itu juga menjadi salah satu produk terlaris dia saat Ramadan 2022 di Tokopedia.

Tingginya penikmat minuman cokelat itu di Indonesia, Pipiltin pun bekerja sama dengan berbagai kedai kopi untuk menawarkan minuman non kafein itu. "kami juga suplai ke coffee shop untuk bikin cokelat drink," kata Tissa.

Menuut Tissa, sebenarnya cokelat itu mirip dengan kopi. Artinya, setiap daerah memiliki rasa cokelat yang beragam. Misalnya cokelat asal Aceh rasanya lebih pekat, sedangkan cokelat asal Bali, rasa buah-buahannya lebih terasa.

Couverture chocolate yakni cokelat berkualitas tinggi atau kerap disebut cokelat asli memiliki perbedaan dengan cokelat yang dicampur bahan lainnya atau compound chocolate. Tissa Aunilla mengatakan, couverture chocolate terbuat dari biji cokelat asli dan ketika diolah menggunakan mesin maka akan menghasilkan cocoa butter dan cocoa powder yang akan meleleh ketika sampai di lidah. "Sensasinya beda di lidah karena meleleh di suhu tubuh manusia," katanya dalam acara daring yang digelar Tokopedia, Kamis.

Sementara pada compound chocolate, biji cokelat dicampur dengan minyak nabati sehingga perlu menguyah saat memakannya. "Minyak nabati itu titik lelehnya berbeda dengan suhu tubuh manusia, jadi (compound chocolate) harus dikunyah dan biasanya agak menempel di langit-langit mulut. Itu perbedaannya dengan couverture chocolate," kata Tissa.

Tissa bersama adiknya, Irvan Helmi, melalui usaha bidang cokelatnya yang dibangun sejak tahun 2013 itu berusaha menghadirkan cokelat dengan kualitas baik sembari ikut membantu memberdayakan petani lokal. Biji cokelat mereka langsung dapatkan dari petani lokal.

"Kami bekerja sama dengan sekitar 2000 petani di Indonesia. Kami memberdayakan petani lokal yakni menghubungkan hulu dan hilir jadi Pipiltin di Jepang bisa menulis surat ke petani di Bali dan surat menyurat dan itu sangat mempengaruhi penjualan dan semangat petani. Petani termotivasi sekali karena cokelat Bali ada di Jepang, jadi punya tanggung jawab moral menjaga kualitas biji cokelat," jelas dia.

Selain ke Jepang, saat ini, kakak beradik ini sudah bisa melakukan ekspor produknya ke negara lain seperti Rusia, Singapura, Malaysia dan bahkan Swiss.

Mengapa juga ke Swiss yang dikenal dengan produksi cokelatnya? Irvan mengatakan, hal ini salah satunya berpegang pada fakta cokelat di Indonesia unggul dalam hal keberagaman jenis dan ini nyaris tidak tertandingi oleh negara lain. "Kami lihat ada satu fakta yang Indonesia punya dan tidak punya dimiliki negara lain yakni keberagaman cokelat. Indonesia negara dengan daerah asal penghasil cokelat yang spesifik yang paling beragam di dunia. Mungkin ada yang bisa menyaingi jumlah ekspor, hal-hal lain tapi untuk menyaingi keberagaman tidak bisa," kata dia.

Irvan berharap, melalui produknya yang saat ini bahan utamanya berasal dari enam wilayah di Indonesia yakni Aceh, Jawa Timur, Bali, Flores, Kalimantan Timur dan Papua Barat, bisa menghadirkan keberagaman cokelat Indonesia pada dunia.


Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."