Mengenal Sindrom Zoom Dysmorphia, Prosedur Perawatan Kecantikan Makin Digemari

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi perempuan tersenyum (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)

Ilustrasi perempuan tersenyum (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hasil survey Lebih dari 100 board-certified dermatologists ( Dokter Spesialis kulit ) yang berasal dari berbagai Negara dalam International Journal of Women’s Dermatology tahun 2021 mengatakan bahwa di era pandemi ini terjadilah “Zoom dysmorphia” dimana pasien mencari prosedur perawatan kecantikan untuk meningkatkan penampilan dirinya ketika melakukan meeting zoom, video-conferencing calls ataupun segala aktivitas yang berhubungan dengan media sosial.

Bahkan survey mengatakan menu yang paling diminati 82 – 94,5 persen adalah injetable treatment dan 64,5 % adalah tindakan laser dimana Kecenderungan untuk memperbaiki contour wajah menjadi sangat dominan. Hal ini pun sejalan dengan perkembangan tren kecantikan yang ada di Indonesia dimana permintaan dalam injectable treatment filler dan threadlift (tanam benang) menjadi pilihan favorit.

Terlebih salah satunya adalah permintaan dalam pemasangan benang hidung dimana dalam treatment hidung ini sangat signifikan memberikan kesan yang berbeda dari tampilan sebelumnya papar Dokter Junivan Juvinivan Lindra, Head Aesthetic doctor di Clariskin Surabaya

Masyarakat Indonesia memfavoritkan menu tersebut karena memang mayoritas bentuk hidung/anatominya area pangkalnya tidak tinggi, dan atau ujungnya yang melebar, sehingga banyak pasien yang merasa tidak percaya diri, dan akhirnya melakukan tindakan estetik. Benang hidung salah satu jawabannya

Oleh karenanya PT Regenesis Indonesia yang telah eksis selama 9 Tahun Sebagai distributor Resmi dari berbagai principles di dunia ini meluncurkan Ultra V Hiko PCL sebagai jawaban dari kebutuhan banyak masyarakat Indonesia yang telah menganggapnya sebagai kebutuhan lifestyle saat ini terlebih dalam kebutuhan zoom dysmorphia.

Dr Farrah Erman Marketing Manager Ultra V Hiko PCL pun menambahkan bahwa dengan perkembangan teknologi saat ini, Ultra V Hiko PCL dihadirkan untuk memberikan jawaban atas benang hidung yang memiliki ketahanan lama yaitu lebih dari >1,5 tahun serta lebih elastis dimana telah ditunggu kehadirannya oleh para dokter dan pasien. Terlebih setelah treatment benang ini no down time dan juga minimal risikonya jika dilakukan oleh dokter yang berkompeten.

Hal ini dikuatkan dari penuturan Junivan dimana pemasangan benang hidung, merupakan tindakan semi invasive yang cepat, dan memberikan hasil yang instan. Sehingga menjadi pilihan banyak pasien dibandingkan operasi hidung (nose surgery) sehingga pemilihan Ultra V Hiko PCL inilah yang kini menjadi menu unggulan di Klinik Clariskin yang merupakan Klinik Pertama di Indonesia dan Di Surabaya
Khususnya yang menggunakan Ultra V Hiko PCL.

Selain itu juga Junivan mengatakan bahwa dengan benang Ultra sangat mudah mengaplikasikannya sehingga pada press confrence yang lalu secara live dan melakukan langsung kepada pasiennya salah satunya adalah Diana Putri, seorang desainer kenamaan, yang tertarik untuk menjalankan prosedur ini dimana sangat mendukung sekali dalam aktovitas pekerjaannya dan merasa lebih produktif .

Adapun pengaplikasikan sangat cekatan dan cepats ekali dilakukan di
tangan Junivan kurang dari 15 menit. Sehingga akan mudah melakukannya di waktu makan siang dan cocok untuk pasien yang memiliki mobilitas yang cukup tinggi.

Diana sendiri memberikan testimonial bahwa dirinya sangat menyukai pengaplikasian Ultra V Hiko PCL ini karena bentuk hidungnya terlihat lebih natural. Selain itu juga Dokter ivan mengatakan bahawa dengan banyaknya varian ukuran dari benang ini memudahkan dia dalam menemukan pola terbaik sesuai bentuk hidung pasien dan menghasilkan bentuk yang natural.

Baca: Perawatan Kecantikan, Shandy Aulia: Aku Pilih yang Perlahan, tapi Long Lasting

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."