Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dampak Kebiasaan Menggigit Kuku, Gangguan Sosial Hingga Infeksi Perut

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi wanita menggigit kuku. shutterstock.com

Ilustrasi wanita menggigit kuku. shutterstock.com

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada beberapa alasan orang memiliki kebiasaan menggigit kuku. Terkadang mereka merasa cemas, atau grogi. Ada pula yang menggigit kuku ketika mereka sedang melamun. Kebiasaan menggigit kuku dikenal sebagai onychophagia. Menurut The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) dari American Psychiatric Association (APA), aktivitas ini bersifat kompulsif dan berulang-ulang secara alami.

APA menyebutkan gangguan ini ditandai sebagai obsesif-kompulsif ketika seseorang memiliki pikiran, ide, atau sensasi (obsesi) yang tidak diinginkan yang membuat mereka terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang (kompulsi).

Ada beberapa faktor yang dapat berperan, dari genetika hingga kondisi kejiwaan yang mendasarinya. “Menggigit kuku sering dikaitkan dengan kecemasan, karena tindakan mengunyah kuku dilaporkan mengurangi stres, ketegangan, atau kebosanan. Orang yang terbiasa menggigit kuku sering melaporkan bahwa mereka melakukannya ketika mereka merasa gugup, bosan, kesepian, atau bahkan lapar,” kata Aishwarya Vichare, ahli gizi, Bhatia Hospital Mumbai, India, yang dikutip Indian Express, Jumat, 11 Maret 2022.

Kebiasaan menggigit kuku dapat menyebabkan komplikasi sosial dan psikologis seperti penghinaan, penderitaan emosional, dan gangguan sosial, kata Vichare. “Komplikasi fisik seperti kuku yang cacat, infeksi pada kuku dan jaringan lunak di sekitarnya; peningkatan risiko infeksi parasit, infeksi perut karena menelan partikel kuku dan kotoran; nyeri pada sendi temporomandibular (TMJ) atau sendi rahang, cedera pada gusi, paronychia, cedera gingiva yang disebabkan oleh diri sendiri, infeksi bakteri sekunder juga terkait dengan menggigit kuku,” katanya.

Selain menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bakteri, jamur, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi pada tubuh bahkan kulit, kebiasaan tersebut juga merusak kuku, kutikula, dan kulit di sekitarnya, kata Rinky Kapoor, konsultan dermatologis dan ahli bedah kulit, The Esthetic Clinics.

Menurut Kapoor, kebiasaan menggigit kuku secara kronis dapat menyebabkan masalah seperti kuku tumbuh ke dalam, pendarahan di sekitar kuku, pembengkakan dan nyeri di sekitar area kutikula, penebalan kuku dan kulit di sekitarnya, kuku tidak tumbuh, dan kuku menjadi terpisah dari kulit. “Ini juga merusak gigi, gusi, dan menyebabkan kerusakan jaringan di mulut,” Kapoor menambahkan.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kebiasaan menggigit kuku ini, seperti menggunakan pelindung mulut, mengecat kuku dengan cat kuku pahit, menjaga kuku tetap pendek atau menggunakan obat tradisional mengoleskan minyak pahit pada kuku sering digunakan untuk menghilangkan kebiasaan ini, kata Kapoor.

Metode lainnya adalah memakai sarung tangan di malam hari atau saat sendirian agar kebiasaan menggigit kuku tidak terjadi dan mengidentifikasi pemicunya. Daripada mengunyah kuku, ganti kebiasaan tersebut dengan mengunyah permen karet. “Ada banyak perawatan yang tersedia untuk mengatasi kebiasaan menggigit kuku dan untuk solusi permanen yang terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter,” kata Kapoor.

MILA NOVITA

Advertisement

Related Article

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement