Pandemi Masih Terjadi, GP Farmasi Jamin Ketersediaan Obat Aman

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
ilustrasi obat (pixabay.com)

ilustrasi obat (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia dalam seminggu terakhir cukup mengkhawatirkan karena beberapa hari di Februari 2022 ini sudah melampaui puncak kasus Delta Juli 2021 yang mencapai 56 ribu kasus. Dengan penambahan kasus baru yang telah melebihi 60 ribu kasus per hari, ada kekhawatiran di antara masyarakat soal terjadinya kekosongan obat pada Februari dan Maret 2022. Ketua Umum Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia (GPFI) Tirto Kusnadi menyampaikan bahwa selama penanganan pandemi, perusahaan farmasi yang tergabung dalam GPFI menyatakan komitmennya untuk terus menjamin ketersediaan obat-obatan dan vitamin secara nasional. Dukungan penyediaan obat-obatan dalam menghadapi gelombang ketiga Omicron ini ditujukan agar tidak lagi terjadi kelangkaan obat-obat seperti saat serangan gelombang kedua tahun lalu.

“Sebagai komitmen perusahaan farmasi yang tergabung dalam GPFI untuk terus menjamin ketersediaan obat dan vitamin di 34 provinsi seluruh Indonesia, GPFI telah mengerahkan segala kemampuan sesuai dengan kapasitas dan keahlian masing-masing anggota GPFI untuk percepatan riset dan pengembangan, proses produksi, distribusi dan penguatan jaringan ritel apotik dan pedagang besar farmasi (PBF) telah secara konsisten dilakukan untuk ketersediaan obat covid dan vitamin,” kata Tirto Kusnadi dalam keterangan pers yang diterima Cantika pada 28 Maret 2022.

Secara nasional, komitmen GPFI untuk menjaga ketersediaan obat-obatan dalam menghadapi gelombang ketiga Covid-19 ini telah melibatkan lebih dari 160 pabrik farmasi yang memproduksi kurang lebih 2 ribu jenis zat obat. Dari sisi distribusi, lebih dari 1.600 pedagang besar farmasi dengan 600 cabang di seluruh Indonesia juga telah menyalurkan obat-obatan kepada lebih dari 15 ribu klinik dan puskesmas, 3 ribu rumah sakit, lebih dari 17 ribu apotik, sekitar 5 ribu toko obat dan retailer lainnya.

Meskipun kasus baru telah mencapai rekor baru di atas 60 ribu yang menyebabkan banyaknya kebutuhan obat resep dan obat gejala Covid-19 lainnya, namun hingga saat ini tidak ada keluhan masyarakat tentang kekosongan obat, di tengah derasnya peningkatan kebutuhan obat. Hal ini membuktikan bahwa industri farmasi nasional telah mencapai level kemandirian dan ketahanan obat nasional karena kekuatan kapasitas produksi, distribusi dan retail yang merata di seluruh pelosok tanah air.

GPFI yang menguasai 88 persen volume peredaran obat nasional, menghimbau masyarakat untuk tetap melakukan protokol kesehatan berupa 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas. Bila sudah melakukan berbagai protokol kesehatan namun juga tetap terinfeksi virus corona, dengan gejala ringan seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, segera ikuti panduan kesehatan dari 5 Asosiasi Medis. Anda bida berobat ke dokter atau via telemedicine, dan disiplin mengkonsumsi obat antiviral, obat untuk gejala simptomatis Covid-19 dan multivitamin sesuai anjuran medis.

“Fakta bahwa sampai dengan saat ini, kita tidak lagi mendengar adanya kabar langkanya obat- obatan selama gelombang ketiga ini adalah bentuk prestasi dan kolaborasi dari semua stakeholder, yaitu GPFI, Kementerian Kesehatan dan BPOM, dah hal ini patut kita banggakan dan syukuri bersama. Dengan ketersediaan obat dan vitamin GPFI, Masyarakat bisa memperbaiki kualitas hidupnya karena cepat sembuh dan kembali beraktivitas untuk perbaikan ekonomi masyarakat dan bangsa,” kata Tirto Kusnadi.

Baca: Tulisan Resep Dokter Sulit Dibaca, Pahami Alasannya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."