Merespons Pasangan yang Mengalami Disfungsi Ereksi, Bicara dari Hati ke Hati

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi pasangan dengan masalah seks. shutterstock.com

Ilustrasi pasangan dengan masalah seks. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketika disfungsi ereksi yakni ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk berhubungan seksual terjadi untuk pertama kalinya, siapa pun yang terlibat bisa terkejut atau bingung.

Orang-orang yang tubuhnya belum pernah mengalami hal ini sebelumnya mungkin menjadi khawatir tentang apa artinya bagi kesehatan dan kehidupan seks mereka.

Pasangan mungkin tidak yakin apakah pantas untuk membicarakan kekhawatiran mereka tentang disfungsi ereksi. Adalah umum untuk percaya bahwa kurangnya ketertarikan atau minat adalah bagian dari masalah, tetapi ini tidak selalu terjadi.

Cara terbaik untuk memulihkannya adalah dengan mempelajari dan menerima tubuh dan kebutuhan masing-masing, berkomunikasi dengan jelas tentang harapan untuk saat berhubungan seksual, dan membuat rencana untuk mengatasi masalah apa pun.

Hal pertama yang perlu dilakukan, melansir dari laman Verywellmind, Kamis 26 Agustus 2021 adalah memulai percakapan. Mungkin tidak nyaman bagi pasangan yang tidak terbiasa dengan topik yang sensitif dan pribadi seperti itu, dan banyak yang ingin menghormati ruang satu sama lain untuk diproses.

Bagi mereka yang memiliki riwayat trauma, rasa sakit emosional, dan pemicu yang terkait dengan citra tubuh, seks, atau seksualitas, ini mungkin topik yang sulit untuk didiskusikan bahkan sedekat apapun hubungan.

Terapis Seks Jesse Kahn mengatakan langkah pertama ialah percakapan dengan penuh perhatian dan dari hati ke hati, jangan menghindarinya. Penting untuk membicarakannya — tetapi dengan pengetahuan dan niat bahwa pengalaman disfungsi ereksi bagi seseorang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan rasa malu, rasa bersalah, kecemasan, stres, dan harga diri.

Anda bisa dengan lembut mendorong pasangan untuk membuka diri dan menawarkan ruang saat dibutuhkan. Dukungan profesional, seperti terapi seks atau konseling lain untuk individu dan/atau pasangan, dapat membantu dan sepenuhnya normal.

"Biasanya jika seseorang datang ke saya dengan keluhan disfungsi ereksi, alasan medis telah dikesampingkan, sebab apa yang kami tangani adalah rasa malu, cemas, dan depresi," ungkapnya.

Mungkin sulit untuk dibicarakan tetapi penting untuk dikenali jika kebutuhan dan hubungan seksual tertentu sulit dipenuhi karena masalah disfungsi ereksi. Beberapa orang dengan disfungsi ereksi lebih memilih privasi dan ruang sementara mereka mencoba untuk belajar lebih banyak tentang tubuh dan seksualitas mereka sendiri.

Namun, jika pasangan terbuka untuk melibatkan satu sama lain dalam proses penemuan mereka, bekerja sama dapat menciptakan kedekatan dan empati. Sebab, lanjut Kahn, terkadang disfungsi ereksi adalah tanda masalah interpersonal dalam suatu hubungan, dan penting untuk membedakan apakah stres atau tekanan dalam hubungan dapat menjadi faktor penyebabnya.

Tetapi jangan pernah berasumsi bahwa karena stres sebagai penyebabnya tanpa komunikasi. Sangat penting untuk berbicara secara terbuka tentang dinamika interpersonal sehingga dapat ditangani bersama. Sangat meyakinkan  pasangan untuk mendengar bahwa aspek hubungan bukanlah bagian dari penyebabnya.

Baca: 9 Manfaat Rutin Bercinta, Atasi Sakit Kepala hingga Stres

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."