Pernah Mengalami Schadenfreude? Rasa Senang Saat Melihat Orang Lain Susah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perilaku seseorang umumnya akan dikendalikan oleh lima emosi yaitu kegembiraan, kesedihan, ketakutan, kejijikan, dan kemarahan. Namun ada satu emosi lagi yang sering dialami yaitu schadenfreude, rasa senang saat melihat orang lain kesusahan.

Schadenfreude adalah istilah bahasa Jerman yang secara harfiah berarti “sakit bahagia”. 
Misalnya, seorang siswa mungkin diam-diam senang ketika pesaing kelas terbesarnya gagal dalam ujian, dan seseorang mungkin senang dengan kesulitan hubungan mantan pasangannya.

Emosi ini akan menyebabkan seseorang bisa merasakan kebahagiaan saat seorang ternama kariernya mundur, saat seorang penjahat dijebloskan ke penjara, atau saat tim sepak bola musuh kalah.

Menurut Philippe Rochat, pakar psikologi dari Universitas Emory, Atlanta, Amerika Serikat, schadenfreude adalah emosi luar biasa yang sulit diasimilasi. Kondisi ini dapat membuat seseorang merasa aneh karena merasa senang ketika mendengar tentang hal-hal buruk yang terjadi pada orang lain, seperti dikutip dari situs Emory University, Jumat, 20 Agustus 2021.

Kata schadenfreude pertama kali muncul dalam karya penulis roman asal Jerman, Christian Heinrich Spiess, yang berjudul Biographies of Suicides yang terbit pada 1739. Dikutip dari Amazon, Spiess mengisahkan pengalamannya berkunjung ke sebuah desa kecil di mana ia mendapat kisah nyata seorang tahanan pria yang bunuh diri di dalam penjara karena patah hati setelah hubungan cintanya kandas.

Spiess kemudian turut mengamati ekspresi wajah orang-orang di desa itu dan menemukan berbagai varian ekspresi mereka, mulai dari yang terkesan ingin tahu hingga marah. Namun juga ada ekspresi lain yang diungkapkan dengan istilah schadenfreude.

Beberapa peneliti beranggapan cara paling baik meneliti emosi ini adalah dalam konteks perbandingan sosial, sehingga mereka cenderung fokus pada interaksi rasa iri dan dengki dengan schadenfreude. Peneliti lain melihat emosi ini dalam sudut pandang keadilan dan kesetaraan, dan apakah si penderita layak mengalami kesusahan.

Dalam kasus lain, schadenfreude dapat berfungsi sebagai empati yang salah tempat. Kita semua mengenali sifat memalukan dari kejatuhan publik atau mengatakan sesuatu yang konyol, dan terkadang melihat orang lain melakukan kesalahan yang sama seperti yang kita lakukan dapat menimbulkan kegembiraan.

Apa yang menyebabkan seseorang merasakan schadenfreude?

Orang lebih cenderung mengalami schadenfreude ketika mereka mengalami orang lain sebagai ancaman atau ketika mereka tidak menyukai seseorang. Namun, orang dengan harga diri rendah terkadang mengalami schadenfreude bahkan ketika mereka peduli dengan seseorang.

Seorang saudara yang merasa orang tuanya tidak memperhatikan bakatnya, misalnya, mungkin akan senang dengan kegagalan saudaranya, terutama jika saudaranya yang lain sering dipuji oleh orang tuanya.

Baca: 10 Tips untuk Bisa Lebih Bahagia, Mulai dari Kebiasaan Sehari-hari

WINDA OKTAVIA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."