Nyaris Jadi Korban Kebakaran Apartemen Tamansari, Ini Kisah Ayu Kartika Dewi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ayu Kartika Dewi (Instagram @ayukartikadewi/whiteboardjournal)

Ayu Kartika Dewi (Instagram @ayukartikadewi/whiteboardjournal)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Staf Khusus Presiden Joko Widodo Ayu Kartika Dewi nyaris jadi korban kebakaran apartemen Tamansari. Ayu menceritakan detik-detik evakuasi yang dia alami.

Sebelumnya, kebakaran terjadi di Apartemen Tamansari Sudirman pada Ahad pagi, 4 April 2021. Petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan perwira piket, Arief menduga kebakaran terjadi akibat gangguan trafo listrik di bawah tanah apartemen dengan 21 lantai yang berlokasi di Jalan Bek Murad Nomor 42 Kelurahan Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, pada Ahad dini hari.

Baca: Penghuni Apartemen Tamansari, Ayu Kartika Dewi Kecewa Alarm Kebakaran Tak Bunyi

Menurut Ayu, kejadian pada 4 April 2021 dini hari itu berawal dari trafo listrik di basement apartemennya yang terbakar. Kejadian yang terjadi pada pukul 3 dini hari itu mengakibatkan listrik di apartemen mati. "Saya terbangun tapi cuma berkata dalam hati 'oh, mati lampu'," kata Ayu Kartika Dewi yang lanjut tidur kembali dalam unggahannya pada 4 April 2021.

Satu setengah jam kemudian, Ayu mendengar ada suara mesin besar. Ia pun terbangun kembali dan berpikir bahwa sedang terjadi fogging yang sudah terjadi beberapa kali. Ia pun kembali tidur.

Pada 5.30, asap mulai masuk apartemennya. Ia pun membuka pintu kamar, di koridor sudah pekat dengan asap. Ia lalu menyalakan telepon genggam dan ternyata seseorang bernama Ronny sudah berusaha meneleponnya sejak pukul 3.30 pagi. "Saya merutuki kenapa alarm kebakaran SAMA SEKALI GAK BERBUNYI dan TIDAK ADA PENGUMUMAN APAPUN di loudspeakers," katanya sangat kecewa.

Saat itu juga, Ayu langsung mengenakan masker dan mengambil tas ransel. Tas itu diisinya dengan seluruh surat berharga. Ia pun turun lewat tangga darurat dari apartemennya yang berada di lantai 15 gedung itu. "Baru berlari satu lantai, saya tidak bisa melanjutkan," kata Ayu.

Asap kebakaran sangat pekat. Ia pun tidak bisa melihat apapun walau sudah menyalakan senter telepon genggamnya. "Mata sangat perih dan susah dibuka. Hidung dan tenggorokan terasa terbakar," katanya.

Ayu berpikir bahwa bila ia tetap lanjut untuk turun tangga darurat, ia bisa pingsan. Kala itu ia pun tidak tahu apakah di depan ada api. "Saya lari lagi ke atas. Kembali ke kamar," kata Ayu yang terus berpikir bagaimana proses penyelamatan dia.

Ia pergi ke balkon. Saat itu, ia mengatakan udara dalam kondisi bersih dan tidak terlihat api. Ia lalu membuka pintu balkon dan membasahi handuk dan meletakkannya memanjang di celah pintu depan. Harapannya agar asap hitam tidak masuk ke apartemennya.

Ia pun terus menunggu. Untuk mencari informasi Ayu Kartika Dewi mencoba menghubungi beberapa orang. Informasi yang ia terima sama. Api sudah padam, asap sedang dipompa keluar dengan blower raksasa. Ia juga disarankan untuk terus menunggu di atas daripada menerobos ke bawah. Proses evakuasi pun masih berjalan.

Di whatsapp grup warga, ia membaca bahwa ada beberapa tetangganya yang selantai sudah mengalami susah napas. Ayu menduga bahwa asap terlanjut masuk banyak ke apartemen tetangganya itu, serta balkon mengarah ke udara yang berasap. Ayu Kartika Dewi meminta tetangganya itu datang ke kamarnya karena udara masih bersih. "Tak lama ia lari ke kamar saya lalu menuju balkon. Mencari udara," kata Ayu.

Sambil menunggu bala bantuan, ia pun bertanya apakah ada masih ada warga yang berada di atas. Ia meminta mereka menuliskan nama dan nomor unitnya agar proses evakuasi lebih muda. Namun ternyata jumlahnya tidak terlalu banyak. "Saya adalah salah satu orang terakhir yang dievakuasi," katanya.

Ayu bersyukur tidak terlalu dalam walau warna ingusnya sudah berwarna hitam. Sayup-sayup ia mendengar derap langkah kaki dan suara pintu yang digedor serta banyak teriakan. Ia menduga bunyi itu dari lantai lain. "Saya sedikit lega," katanya.

Tidak berapa lama, derap langkah itu mendekat. Suara gedoran pintu dan teriakan petugas mulai membahana. "EVAKUASI EVAKUASI EVAKUASI," kata Ayu meniru teriakan petugas.

Ayu pun bergegas membuka pintu apartemennya agar petugas bisa mengetahui keberadaannya. Seorang petugas lalu berlari menghampiri. Ia berhenti sejenak menarik napas, lalu ia berteriak ke rekan-rekan lainnya. "Woy, ke sini aja! Udaranya bersih!" kata petugas itu.

Tiba-tiba unit Ayu sudah dipenuhi 4-5 orang petugas pemadam kebakaran. Wajah mereka masih peluh dengan keringat serta penuh coreng moreng abu hitam. "Dan semuanya berhenti sejenak beberapa detik di dalam unit saya. Untuk bernapas," kata Ayu.

Salah satu petugas pun meminjam alat tulis dan mencatat nama para penghuni apartemen. Mereka pun membimbing para penghuni untuk segera melakukan evakuasi melalui tangga darurat.

Saat perjalanan turun, Ayu Kartika Dewi mengatakan asap sudah jauh berkurang. Walau masih bikin penuh mata dan tenggorokan panas, namun kondisinya sudah tidak separah saat awal ia hendak turun dari lantai 15.

Di bawah, ternyata sudah banyak sekali mobil pemadam kebakaran. Hampir 25 uni berjajar memenuhi jalan. Ayu menduga petugas kebakaran yang diturunkan menangani kebakaran apartemennya itu berjumlah lebih dari 100 orang. "Mereka tiba di lokasi dalam waktu SEMBILAN MENIT setelah ditelepon warga. Kalau nggak ada mereka, saya tidak tahu bagaimana nasib saya," kata Ayu.

Ayu pun berterima kasih kepada para petugas pemadam kebakaran. "Saya dan ratusan penghuni lain, hari ini berhutang nyawa," kata Ayu.

Saat ini Ayu mengaku dalam keadaan aman. Ia pun sudah mengungsi ke tempat lain. "Agak pusing, mungkin karena tadi tegang, atau karena menghirup asap. Tapi, saya baik-baik saja," kata Ayu Kartika Dewi.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."