Apa Itu Pandemic Fatigue? Simak Cara Mengatasinya Menurut Pakar

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/Fauzan

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/Fauzan

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Apakah akhir-akhir ini kamu alami kejenuhan mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19? Bisa jadi kamu sedang dalam tahap pandemic fatigue atau demotivasi untuk mengikuti protokol kesehatan.

Sosiolog Universitas Indonesia, Daisy Indira Yasmine, S.Sos., M.Soc.Sci. mengatakan masyarakat rentan mengalami pandemic fatigue akibat rasa jenuh yang tinggi terhadap situasi yang tidak menentu. Masyarakat yang awalnya patuh dan waswas tertular virus corona secara bertahap mulai santai dan cuek terhadap protokol kesehatan.

Hal itu tentunya akan berakibat pada naiknya angka kasus Covid-19 yang kini mulai menurun.

Untuk menghadapinya, diperlukan regulasi yang berfokus pada manusia atau masyarakat, melakukan penelitian dan pengumpulan data untuk membuat kebijakan sesuai dengan kelompok sasaran, jadi tidak dipukul rata.

"Semua kebijakan berbasis data/riset, tidak bisa pukul rata harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Misalnya utk lansia bagaimana, untuk kaum muda bagaimana media komunikasi yang tepat," ujar Daisy dalam acara virtual "Refleksi Setahun Pandemi: Masyarakat Semakin Abai atau Peduli", Senin, 22 Maret 2021.

Untuk menghindari pandemic fatigue, anggota masyarakat juga harus dilibatkan dalam mencari solusi atau merancang kebijakan, bukan sekadar sebagai obyek yang harus patuh. Selain itu, menurut Daisy harus ada perubahan gaya hidup, perubahan perilaku, dan sistem nilai baru yang disesuaikan dengan pandemi.

"Kita harus open untuk berubah, yang penting juga adalah bagaimana manusia tetap bisa menjalankan kehidupan sehari-hari tapi mengurangi risiko tertular dan kebijakan tidak bisa ekstrem, memahami kesulitan hidup yang dihadapi anggota masyarakat," tutur Daisy.

Sementara itu, pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi ketahanan sebuah keluarga, hal ini terkait dengan masalah ekonomi, sosial, masalah relasi antar anggota keluarga, perubahan peran, tumbuh kembang anak serta masalah fisik dan mental.

Untuk membangun ketahanan keluarga, fokus tidak hanya beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, tapi juga untuk tumbuh menjadi keluarga yang kuat.

"Kurangi sumber beban yang negatif atau stressful, memikirkan aktivitas anak, memberi jeda agar tidak hanya belajar, tambah hal-hal yang positif, bangun relasi yang suportif. Tetap berinteraksi online juga mengurangi pandemic fatique," ungkap Daisy.

Selain itu, menurut daisy, ciptakan ruang pada kemampuan masing-masing individu, khususnya dalam hal skill managing daily life. Tujuannya agar keluarga semakin kuat dan berdaya di masa pandemi Covid-19. 

Jangan lupakan pula, jika kamu alami pandemic fatigue, ingatlah protokol kesehatan adalah perjuangan bersama-sama untuk melawan pandemi Covid-19.

Baca juga:

Berjemur dan 7 Kebiasaan Sederhana untuk Kesehatan Otak Selama Pandemi

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."