Quarter Life Crisis, Intip 4 Tips Bebas Galau dalam Karier

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Masa usia 18 hingga 30 tahun biasanya penuh dengan kegelisahan yang sering disebut quarter life crisis. (Canva)

Masa usia 18 hingga 30 tahun biasanya penuh dengan kegelisahan yang sering disebut quarter life crisis. (Canva)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Quarter life crisis atau krisis seperempat abad biasanya dialami seseorang dalam periode usia 18–30 tahun. Dalam rentang usia itu, banyak dari kita merasa bingung, galau, dan risau terhadap ketidakpastian perjalanan kehidupan di masa mendatang. Kekhawatiran yang timbul di rentang usia tersebut, biasanya terkait dengan akademik, percintaan, kehidupan sosial, keuangan hingga karier

Jika kamu sedang merasakan hal itu, jangan menghindar dari rasa itu. Sebab itu memang salah satu fase yang pasti dijalani dalam hidup. 

"Quarter life crisis rasa ketidaknyamanan, keraguan, kekhawatiran tentang akademik, keuangan, karier, percintaan. Itu normal banget, semua orang mengalami," ungkap Perthalia Rosul atau Pertha, mentor komunitas Women Empower Women at Work dan diplomat dalam Cerita Cantika Episode 25, "Bebas Galau di Usia 25, di Instagram Live Cantika, Jumat, 5 Maret 2021.

Menurut Pertha, ada sejumlah faktor yang menyebabkan orang-orang mudah galau di rentang usia 18-30 tahun. Berdasarkan pengalamannya, ia mengungkapkan sebabnya bisa dari dalam atau luar diri sendiri.

"Kita ngeliat orang lain, komparasi di media sosial. Jadi galau. 'Orang itu udah di sana, kok gue masih di sini', misalnya. Sementara dari faktor internal adalah memberikan target yang tinggi kepada diri sendiri, cenderung perfeksionis dan idealistik. Contohnya, 'umur sekian harus menikah, umur segini harus punya rumah'. Kalau belum ada tanda-tanda jadi galau," ucap diplomat muda di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Australia.

Pertha menjelaskan tak ada salahnya membuat target dalam hidup, namun buatlah yang realistis. Jangan sampai target terlalu tinggi, sehingga membuat kamu terlalu keras terhadap diri sendiri dan tertekan. Untuk godaan membandingkan (compare) di media sosial, Pertha anjurkan jadikan kegiatan itu sebagai motivasi melakukan hal-hal lebih baik.

"Ketika compare (media sosial) orang lain. Jadikan itu pecutan dan termotivasi. Tergantung diri sendiri yang harus bisa memberikan batasan comparing-nya, menganalisa hidup kita terlalu dalam," imbuhnya.

Ia sarankan pula untuk menciptakan mantra sendiri agar tidak tertekan atau iri melihat pencapaian orang lain. "Ciptakan mantra sendiri. 'Keren ya, mudah-mudahan aku bisa beruntung kayak dia'", papar juri Abang None Jakarta wilayah Jakarta Barat itu.

Pertha juga mengungkapkan bahwa setiap orang punya jalan hidup yang berbeda. Jadi, tak perlu merasa minder, tertekan, ataupun gagal karena belum seperti mereka. Ingat selalu, kerja keras dan melakukan hal-hal yang dicintai patut diapresiasi sebagai capaian.

Lantas, apa tips yang diberikan Pertha agar tidak galau dalam menentukan karier atau cegah jenuh saat bekerja? Hal pertama yang ia bagikan adalah menerima hal yang sedang dirasakan.

"Pertama, aku percaya banget, menerima. Biasanya saat menerima, kita lebih enak mencari solusinya," tuturnya.

Kemudian, evaluasi target secara berkala. Sudah realistis sesuai kemampuan dan perkembangan diri sendiri? Bila belum, bisa disesuaikan dengan membuat target baru. Yang paling penting, jangan menyamakan target diri sendiri dengan orang lain. Mengapa? Sebab setiap orang punya minat, kompetensi, dan latar belakang pendidikan masing-masing.

Yang ketiga, Pertha menyarankan untuk memiliki teman-teman di berbagai bidang, misalnya bergabung di sejumlah komunitas.

"Kita harus punya banyak circle (grup) main yang berbeda dalam karier. Jika tidak, perspektifnya kurang luas. Saat punya teman beragam, jadi enggak gampang galau. Kita bisa melihat, 'oh temen-teman yang di sini punya masalah yang berbeda, teman-teman yang di situ punya masalah ini. Dan, mereka bisa melewati itu dan bisa saling berbagi pengalaman pula," katanya.

Hal penting lainnya agar tidak galau dalam karier adalah memiliki motivasi yang kuat. Motivasi itu bisa membuat semangat saat bosan dan merasa terpuruk.

"Trus buat aku inner motivation, harus cari sesuatu yang lebih tak hanya dari finansial. Kalau cuma buat kerja doang, bisa stres banget. Dengan adanya motivasi, misalnya motivasi ingin bantu orang lain atau ingin berkembang, kita akan terpacu. Kita jatuh bangun, kita selalu ingat 'aku buat bantuin orang, berbakti buat negara'. Ibaratnya, kita selalu semangat," ujarnya.

Sebagai informasi, Women Empower Women at Work (WEWAW) adalah komunitas sosial fokus memberikan referensi, asistensi, dan pendampingan bagi perempuan muda Indonesia usia 18-25 tahun dalam bekerja, berkarier dan berbisnis. Seluruh pendampingan dilakukan secara online, gratis dan melalui kolaborasi bersama para mentor dari berbagai bidang. 

WEWAW didirikan oleh Jessica Carla pada bulan Agustus 2020. Batch pertama telah diselenggarakan pada November 2020 dengan memberikan pendampingan 20 WAWgirl oleh 10 mentor.

Jika butuh pendampingan soal karier, bisnis, atau studi, WEWAW salah satu komunitas yang bisa dipilih. 

Baca juga:

3 Alasan Mengapa Hobi Bisa Membantu Meningkatkan Karier Anda

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."