Superkomputer pun Diperintahkan untuk Mencari Obat Covid-19

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Superkomputer bikinan Jepang, yang baru saja dinobatkan sebagai yang tercepat di dunia, akan digunakan untuk mengidentifikasi obat potensial penangkal Covid-19. Kemampuannya yang luar biasa diharapkan dapat menemukan formula jitu dalam waktu singkat.

Pengakuan superkomputer bernama Fugaku sebagai yang tercepat ini mengembalikan pamor Jepang sebagai produsen komputer tercanggih. Jepang terakhir kali memiliki komputer tercepat pada 2011.

Prestasi yang dicatatkan Fugaku ini sekaligus menumbangkan dominasi Amerika Serikat dan Cina dalam pembuatan superkomputer. Penilaian ini dilakukan Top500 sebagai lembaga yang melacak evolusi kekuatan pemrosesan komputer.

Fugaku dapat melakukan lebih dari 415 kuadriliun penghitungan per detik atau 2,8 kali lebih cepat dibanding komputer milik IBM, Summit, yang dikembangkan oleh Oak Ridge National Laboratory di Amerika Serikat. Summit sebelumnya merupakan komputer tercepat di dunia.

Dibangun selama enam tahun oleh raksasa teknologi Jepang, Fujitsu dan Riken—sebuah lembaga penelitian yang didukung pemerintah di Kota Kobe barat—Fugaku mencakup 150 ribu unit pemrosesan berkinerja tinggi. Selain itu, komputer ini dapat menguji ribuan zat dalam sepekan.

Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic

Superkomputer, yang berkinerja lebih dari 1.000 kali lebih cepat dibanding komputer biasa, dapat digunakan untuk mensimulasikan ledakan nuklir, menguji senjata virtual, dan memodelkan sistem iklim.

Menurut surat kabar bisnis Nikkei, Fugaku juga digunakan untuk memodelkan dampak gempa bumi dan tsunami di Jepang, negara yang paling banyak dilanda gempa bumi. Selain itu, superkomputer ini digunakan untuk memetakan rute penyelamatan diri.

Meski kemampuan Fugaku saat ini belum 100 persen, superkomputer ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi perawatan untuk Covid-19 dari sekitar 2.000 obat yang ada, termasuk yang belum mencapai tahap uji klinis. Sistem baru yang digunakan di Riken Center for Computational Science di Kobe, Jepang, terdiri atas 432 rak yang berisi 158.976 node. Masing-masing didukung oleh prosesor A64FX Fujitsu 48-core.

Sebagai langkah awal, Fugaku yang nilainya Rp 16,8 miliar, telah menjalankan simulasi bagaimana droplet pembawa virus corona dapat menyebar di ruang kantor yang dipasangi partisi dan dalam kereta yang penuh sesak, yang jendelanya terbuka. "Saya berharap teknologi mutakhir yang dikembangkan untuk Fugaku akan memberikan kontribusi pada kemajuan besar terhadap tantangan sosial yang sulit seperti Covid-19," ucap Satoshi Matsuoka, Kepala Pusat Ilmu Komputasi Riken.

FIRMAN ATMAKUSUMA | TOP500 | THE GUARDIAN | GRAPHIC NEWS

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."