Kandungan Vitamin C dalam Bentuk Suplemen Ternyata Terlalu Banyak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi suplemen/vitamin. Shutterstock

Ilustrasi suplemen/vitamin. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah kamu tahu berapa kebutuhan vitamin C untuk tubuh dalam sehari?

Ahli gizi Dr. Tan and Remanlay Institute, dr. Tan Shot Yen mengatakan suplemen makanan, khususnya vitamin C, sama sekali tidak diperlukan oleh tubuh orang yang sehat. "Yang sehat cukup makan buah karena buah tak hanya mengandung vitamin C, namun juga ada serat tidak larut berupa prebiotik dalam usus besar. Prebiotik subur, imunitas meningkat," katanya dalam diskusi daring.

Menurut Tan Shot yen, suplemen hanya untuk pasien. Dan khusus untuk vitamin C, Tan mengatakan, suplemen makanan yang beredar di pasaran mengandung vitamin C dengan kadarnya terlampau tinggi dibanding kebutuhan harian yang ideal.

Kebanyakan suplemen mengandung vitamin C lebih dari 100 miligram. Padahal kebutuhan vitamin C harian untuk laki-laki dan perempuan dewasa masing-masing hanya 90 miligram dan 75 miligram. "Untuk ibu hamil 85 miligram, menyusui 120 miligran, dan bagi mereka yang merokok ditambah 35 miligram dari kebutuhan normal tadi," katanya.

Ilustrasi vitamin C (Pixabay.com)

Sementara itu Head Medical Management Good Doctor, Adhiatma Gunawan mengatakan suplemen makanan memang mampu memberikan manfaat bagi tubuh, terutama untuk menjaga daya tahan dari berbagai penyakit. Hanya saja, manfaatnya akan hilang jika tidak diiringi pemenuhan nutrisi harian yang baik.

"Kalau asupan nutrisi sehari-hari sudah baik, sebenarnya tidak minum suplemen juga tidak apa-apa," kata dia. "Tapi kalau nutrisi harian berantakan dan hanya mengandalkan suplemen makanan, itu menjadi masalah."

Yang juga tak kalah penting dalam menjaga daya tahan tubuh adalah istirahat dan olahraga yang cukup. Adhiatma mengatakan, masyarakat urban umumnya mendapatkan asupan nutrisi yang bagus, namun kurang olahraga dan waktu istirahatnya jauh dari kata ideal.

Akibatnya, daya tahan tubuh menjadi kurang baik dan rentan terpapar penyakit. "Sekarang banyak yang waktu istirahat malah digunakan untuk maraton film sampai subuh," ujar Adhiatma. Kurangnya waktu istirahat juga berimplikasi pada produktivitas.

Alih-alih mampu mengerjakan banyak hal pada pagi hingga sore hari, justru tubuh lemas dan sulit berpikir. "Saat bekerja jadi banyak melakukan kesalahan karena sulit konsentrasi," ucap dia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."