Ahli Gizi Ungkap Puasa di Tengah Pandemi Corona Perkuat Imunitas

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi menunggu buka puasa. TEMPO/Subekti.

Ilustrasi menunggu buka puasa. TEMPO/Subekti.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Puasa tak hanya menjadi salah satu ibadah di bulan suci Ramadan, tapi juga salah satu langkah meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau imunitas di tengah pandemi virus corona baru atau COVID-19. Hal itu dijabarkan oleh ahli gizi Universitas Gadjah Mada atau UGM, R. Dwi Budiningsari.

"Sejumlah penelitian menyebutkan berpuasa dapat meningkatkan imunitas. Sebaliknya, belum ada studi yang menyatakan berpuasa berisiko meningkatkan infeksi COVID-19," ujar Dwi.

Menurutnya, berpuasa yang benar dapat memperbaiki jaringan-jaringan sel yang rusak. Dengan berpuasa selama 30 hari bisa merangsang produksi sel-sel darah putih baru. Hal itu baik meregenerasi seluruh sistem kekebalan tubuh, ungkap Ketua Prodi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM ini.

Kondisi dengan sistem kekebalan yang telah diregenerasi akan semakin memperkuat tubuh dalam menangkal berbagai infeksi bakteri maupun virus dan penyakit lain. Namun di sisi lain, ia menjelaskan imunitas sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas asupan gizi.

Orang yang mengalami kekurangan gizi akan sangat rentan terinfeksi COVID-19. Sementara orang yang bergizi baik, dengan kebutuhan energi telah tercukupi berpotensi besar memiliki kemampuan untuk memusnahkan COVID-19.

Secara umum, ada tiga fungsi asupan gizi yang digunakan oleh tubuh manusia. Pertama, menjadi sumber energi sebagai prioritas utama yang digunakan oleh tubuh.

Kedua, fungsi regulasi, yaitu mengatur agar tubuh sehat dan bugar, termasuk fungsi imunitas. Yang ketiga, fungsi pertumbuhan yang merupakan prioritas terakhir yang akan berlangsung apabila fungsi pertama dan kedua telah terpenuhi.

Selain imunitas, berpuasa juga dapat membantu detoksifikasi atau mengeluarkan berbagai racun yang tersimpan dalam tubuh. Misalnya, zat-zat adiktif aditif dalam makanan, seperti pengawet dan pewarna makanan.

Lebih dari itu, puasa juga dapat mengurangi massa lemak tubuh berlebih yang dapat merusak keseimbangan sistem kekebalan tubuh. Pasalnya, lemak yang berlebih akan memicu produksi sel yang menyebabkan peradangan organ tubuh sehingga memicu munculnya penyakit pembuluh darah dan masalah kesehatan lain.

"Kalau yang kelebihan lemak bisa menurunkan berat badan, maka bisa memperbaiki imunitasnya," ucap Ketua Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."