Berjemur Sinar Matahari, Kenali Dulu Apa Itu UVA, UVB, dan UVC

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi wanita santai sambil berjemur sinar Matahari. Dan Kitwood/Getty Images

Ilustrasi wanita santai sambil berjemur sinar Matahari. Dan Kitwood/Getty Images

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sejak wabah corona merebak, imbauan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terus didengungkan. Tujuannya, tak mudah terjangkit virus corona baru atau COVID-19 tersebut. Selain berolahraga dan istirahat yang cukup, dianjurkan mengkonsumsi sayur dan buah-buahan kaya vitamin.

Vitamin dalam tubuh yang perlu ditingkatkan antara lain vitamin C, D, dan E. Khusus vitamin D, selain dari makanan, seperti kuning telur, sereal, dan jamur, bisa didapat dari sinar matahari. Itu sebabnya akhir-akhir ini muncul ajakan berjemur sinar matahari.

Meski sinar matahari merupakan sumber vitamin D yang sangat bermanfaat bagi tubuh, tetap perlu berhati-hati. Sebab, radiasi ultraviolet yang terdapat dalam sinar surya malah dapat membahayakan kesehatan, terutama menyebabkan kanker kulit.

Ada tiga bentuk utama kanker kulit, yakni Melanoma, Karsinoma sel basal, dan Karsinoma sel skuamosa. Dari tiga jenis kanker kulit itu, yang paling berbahaya adalah melanoma ganas. Jenis kanker ini menyerang orang dewasa muda dan orang tua. Beruntung kanker ini dapat sembuh jika dirawat tepat waktu. Tapi, jika tidak, dapat menyebar ke organ lain dan terbukti fatal.

Kanker timbul lantaran sinar matahari terdiri atas radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berbeda-beda, yang sebagian merupakan radiasi ultraviolet atau UV. Ultraviolet dibagi menjadi tiga jenis utama, yakni UVA, UVB, dan UVC.

Sebagian besar radiasi matahari berada dalam kisaran UVA. Hal ini menyebabkan melanin — pigmen coklat yang ada secara alami di kulit, menjadi gelap. UVA tidak membakar kulit, tapi dapat menyebabkan kerusakan pada tingkat yang lebih dalam.

Baca: Sempatkan Berjemur dan Lihat Tanaman Hijau selama di Rumah Saja

Sementara UVB menyumbang proporsi radiasi ultraviolet yang jauh lebih kecil, tapi ini yang menyebabkan kemerahan pada kulit kemudian membuatnya terbakar. Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan luka bakar tingkat dua.

Adapun UVC, yang panjang gelombangnya paling pendek, memiliki tingkat energi tertinggi sehingga paling berbahaya.

Untungnya, lapisan ozon (O3) pada atmosfer atas bumi menepis radiasi UV tersebut agar tak mencapai bumi dan dibelokkan kembali ke ruang angkasa. Seluruh UVC terserap oleh lapisan ozon, sedangkan sebagian besar UVB terserap. Adapun UVA yang terserap tidak signifikan.

Ultraviolet sangat merusak kulit. Itu sebabnya kerusakan lapisan ozon menjadi perhatian dunia. Menurut Montreal Protocol Scientific Assessment Panel, UVA dapat menyebabkan penuaan kulit prematur. UVB membawa risiko kanker kulit dan katarak serta menekan sistem imun.

Di sisi lain, UVB diperlukan dalam proses sintesis vitamin D3 yang dibutuhkan tubuh. Namun paparan UVB yang berlebihan malah meningkatkan peluang terjadinya kanker melanoma. Sebaliknya, ada indikasi paparan sinar matahari secukupnya justru akan menurunkan risiko kanker melanoma yang mematikan.

Tanda-tanda seseorang mulai terserang kanker kulit antara lain ukuran tahi lalat yang ada membesar atau tumbuh yang baru, ada campuran warna hitam atau coklat pada tahi lalat, muncul guratan kulit luar yang tidak merata, kulit mengerak, gatal, sampai terjadi perdarahan.

Efek sinar matahari bersifat kumulatif, sehingga yang terpapar sejak kecil mungkin berisiko terkena kanker kulit. Sinar matahari langsung harus dihindari antara pukul 11.00 hingga 15.00, saat matahari bersinar paling kuat. Indikasinya, ketika bayangan kita lebih pendek dari tinggi tubuh. Saat itu, kulit dapat mudah terbakar.

Penggunaan krim atau losion dengan perlindungan sinar matahari dapat meredam radiasi. Gunakan sesering mungkin, terutama ketika berenang. Pilih losion yang dapat menangkal radiasi dari UVB dan UVA.

FIRMAN ATMAKUSUMA | SCIENCEDAILY | GRAPHICNEWS | CANCER RESEARCH CAMPAIGN

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."