Resep Warga Tomohon Olah Daging Kelelawar dan Ular, Virus Corona?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Bumbu untuk masakan daging kelelawar dan daging ular di Minahasa. TEMPO | Ronny Adolof Buol

Bumbu untuk masakan daging kelelawar dan daging ular di Minahasa. TEMPO | Ronny Adolof Buol

IKLAN

CANTIKA.COM, Manado - Daging kelelawar dan daging ular merupakan bahan masakan tradisional warga Sulawesi Utara. Kendati saat ini pemerintah masih dalam periode waspada virus corona, masyarakat Sulawesi Utara tak terpengaruh dan tetap meyakini daging binatang ekstrem tersebut aman dikonsumsi.

Di Sulawesi Utara, ada Pasar Beriman Tomohon atau dikenal dengan Pasar Tomohon yang menjadi sentra penjualan daging dari binatang ekstrem. Ada daging kelelawar, ular, anjing, kucing, tikus, dan sebagainya. Para pedagang tetap berjualan meski telah mendapat imbauan dari pemerintah setempat agar berhenti menjajakan daging kelelawar dan ular, karena diduga menjadi perantara persebaran virus corona.

Seorang pembeli daging kelelawar dan daging ular di Pasar Tomohon, Freddy mengatakan tak khawatir dengan virus corona yang sedang mewabah di Wuhan, Hubei, Cina. Menurut dia, proses pengolahan daging kelelawar dan daging ular yang cukup lama otomatis mampu mematikan virus.

Daging kelelawar panggang yang sudah dibersihkan akan diolah menjadi hidangan khas Minahasa. TEMPO | Ronny Adolof Buol

Freddy lantas memberitahu bagaimana cara warga Tomohon mengolah daging kelelawar dan daging ular sampai menjadi hidangan yang siap di santap. Warga Kalutay, Kelurahan Kakaskasen, Tomohon Utara, Sulawesi Utara ini membawa pulang 1 kilogram daging kelelawar dan daging ular yang telah dipanggang di pasar. "Satu kilogram daging kelelawar bakar ini seharga Rp 60 ribu," kata dia, Kamis 13 Februari 2020.

Sesampainya di rumah, daging kelelawar dan daging ular dicuci sampai bersih. Setelah itu direbus dalam air mendidih dan diamkan hingga daging empuk. Khusus daging ular, menurut Freddy, membutuhkan proses perebusan yang lebih lamar karena alot. "Merebus daging ular itu bisa sampai dua jam. Berkali-kali diganti airnya," ucap dia.

Saat daging kelelawar dan daging ular sudah empuk, lalu ditumis dengan minyak kelapa dan bumbu. Rempah-rempah yang digunakan antara lain cabai, bawang merah, bawang putih, lengkuas, sereh, daun jeruk, daun bawang, dan kunyit. Jika sudah tercium aroma lezat dari tumisan daging dan bumbu tadi, tuang santan kelapa ke dalamnya.

Ilustrasi sup kelelawar. elitereaders.com

"Kami memasaknya dengan sangat baik. Dibakar, direbus, digoreng, dimasak dengan bumbu dan santan yang sangat banyak," kata Freddy. "Jadi kami yakin, kalau ada virus corona tentu sudah mati virusnya."

Masyarakat Minahasa umumnya mengolah daging kelelawar dan daging ular menjadi hidangan yang bercita rasa pedas. Cabai yang tercampur pada daging bisa sampai satu liter. "Bagaimana virus bisa hidup, kalau memasaknya beberapa kali begini," kata Suhandri, rekan Freddy yang turut menyantap hidangan daging kelelawar dan daging ular.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."