5 Tips Menghindari Toxic People, Jangan Ikuti Permainan Mereka

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi teman wanita. Unsplash/Trung Thanh

Ilustrasi teman wanita. Unsplash/Trung Thanh

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Mungkin tanpa disadari Anda pernah bertemu dengan toxic people atau bahkan dekat mereka. Toxic people ini akan menusuk Anda dengan racunnya, lalu membuat Anda merasa tidak berharga dan lelah secara emosional.

Istilah toxic peole merujuk pada perilaku seseorang yang toksik atau hubungan yang toksik seperti racun. Dalam hidup, kita semua pasti pernah mengenal mereka. Mungkin Anda bahkan berteman dengan mereka, atau mereka mungkin anggota keluarga Anda sendiri. 

Biasanya, toxic people selalu mengeluh setiap saat. Mereka juga mudah menyalahkan orang lain atas permasalahan yang terjadi. Mereka akan terus-menerus menciptakan drama atau konflik seolah-olah tak kenal kata damai. Berhadapan dengan mereka akan mengisap habis energi Anda. Bukannya menikmati hubungan yang sehat, Anda malah harus terus membantu dan menghibur mereka.

Setelah mendapatkan dukungan, ‘orang beracun’ akan kembali mengusik Anda dengan perilaku dan obrolan negatif yang membuat hati lelah.

Menurut para ahli, ciri-ciri toxic people yang utama adalah selalu mementingkan diri sendiri, melakukan kekerasan secara nonfisik, melakukan kekerasan secara emosional (emotional abuse), seperti meremehkan, mengkritik, mengontrol, menyalahkan, dan lainnya, serta tidak jujur dan cenderung tidak mampu menunjukkan empati.

Toxic people bisa diibaratkan sebagai maling dari energi positif. Mudah sekali untuk mengetahui apakah seseorang termasuk toksik atau tidak untuk Anda. Anda bisa mengenali mereka dengan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini:

- Setiap kali Anda berbincang-bincang dengan mereka, apakah Anda merasa lelah, takut, marah, dan pesimis?
- Apakah setelah mengobrol, Anda merasa tidak berdaya?
- Apakah mereka sering mengeluh?
- Apakah mereka selalu membesar-besarkan masalah kecil hingga memicu konflik?
- Apakah mereka kerap mencari-cari kesalahan dalam diri Anda?

Jika terdapat satu atau lebih jawaban yang benar, bisa dipastikan orang tersebut ‘beracun’ untuk Anda. Orang-orang yang memiliki gangguan metal misalnya depresi, akan mudah terkena efek dari toxic people.

Pasalnya, penderita masalah kejiwaan sudah peka terhadap emosi negatif. Berada di sekitar orang-orang toksik akan membuat pengidap gangguan mental merasa lebih lemah dan labil.

Meski begitu, menjauhi toxic people tidak semudah yang kita bayangkan. Bagaimana jika mereka teman sekantor Anda atau kolega yang sering melakukan proyek bersama, atau apabila mereka adalah orang tua atau kerabat Anda sendiri?

Ilustrasi konflik dengan bos. Shutterstock

Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk menghadapi toxic people atau orang-orang beracun

1. Jangan mengikuti ‘permainan’ mereka

Menyalahkan orang lain atas segala hal adalah salah satu jenis ‘permainan’ yang sering dilakukan oleh toxic people. Daripada mendapat kritikan, mereka akan memutarbalikkan fakta dan bersikap sebagai korban alias play victim.

Mungkin akan lebih mudah bagi kita untuk mengiyakan atau tersenyum saja demi menghindari konflik. Tapi sikap seperti ini justru akan membuat mereka makin sering melakukannya. Atau lebih buruk, mereka menganggap Anda sebagai target empuk.

Pastikan bahwa mereka tahu kalau Anda tidak setuju dengan pendapat mereka. Ungkapkan ketidaksetujuan ini dengan baik, dan hindari menuduh langsung.

Kemungkinan besar orang toksik tidak akan menerima pendapat atau omongan Anda. Tapi tidak apa, karena cara ini akan membuat mereka berpikir ulang untuk membombardir dan mengganggu Anda. 

2. Berani katakan tidak

Berkata tidak mungkin hal tersulit yang pernah Anda lakukan, entah karena tidak enak atau kasihan. Tapi jika tak dilakukan, apalagi pada toxic people, ini bisa menjadi bumerang untuk Anda. Ada kalanya orang toksik menghalalkan segala cara agar Anda menuruti keinginannya. Mereka tidak bisa menerima kata 'tidak' dari mulut orang lain.

Tetaplah pada pendirian Anda, dan berlatih untuk mengatakan tidak pada mereka. Semakin sering Anda melakukannya, akan semakin mudah pula karena terbiasa. Dengan selalu berkata tidak, orang toksik lama-kelamaan akan menyadari bahwa Anda tidak menyukai perilaku mereka. 

3. Batasi komunikasi

Toxic people selalu merasa bahwa mereka satu-satunya orang di dunia ini yang memiliki masalah. Mereka juga akan menyeret orang lain untuk ikut tenggelam bersama. Mereka bahkan tidak segan untuk menuding orang lain tanpa rasa bersalah. 

Tentu saja hal ini akan membuat Anda lelah secara emosional. Jika Anda ingin lebih tenang dan positif, cara terbaik adalah membatasi komunikasi dengan mereka. 

4. Buat batasan

Berikan batasan mengenai apa yang dapat Anda terima dan tidak. Misalnya, Anda tidak masalah jika harus mendengar teman kerja mengeluh, namun tidak akan tinggal diam jika di-bully. Terkadang, sedikit kompromi bisa menjadi cara yang baik. Namun tetaplah membuat batasan agar Anda tidak ikut-ikutan menjadi negatif. 

5. Berbicara dengan mereka

Jika Anda memiliki hubungan dekat dengan orang yang berperilaku toksik, berbicara dari hati ke hati mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk membantu mereka atau memulihkan hubungan.  Anda bisa mengatakan bahwa sikap mereka merugikan dan memengaruhi orang di sekitar mereka.

Jika mereka terlihat menyangkal, dorong mereka untuk menemui psikolog supaya akar dari perilaku atau masalah mereka bisa diketahui. 

Psikoterapi dapat membantu orang untuk mengidentifikasi mengapa mereka berlaku toksik. Mereka juga bisa belajar untuk mengelola emosi dengan cara yang lebih sehat. Jika perilaku mereka tidak kunjung berubah, mungkin ini saatnya bagi Anda dan dirinya untuk saling menjauh sementara waktu.

Awalnya mungkin terasa sulit, terutama jika orang ini benar-benar dekat dengan Anda. Namun bukankah Anda juga berhak untuk memiliki hubungan yang lebih sehat dan bermakna?

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."