Ingin Bayi Kembar Melalui Program Bayi Tabung? Pahami Risikonya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi bayi kembar baru lahir. shutterstock.com

Ilustrasi bayi kembar baru lahir. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Proses bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF) menjadi pilihan sejumlah orang karena berbagai alasan. Salah satunya ingin mendapatkan bayi kembar. Namun, ada sejumlah risiko yang perlu diperhatikan agar mawas diri.

"Kemungkinan mendapatkan bayi kembar itu kurang dari lima persen tapi tidak disarankan, kenapa? Berisiko komplikasi, misalnya kelahiran prematur, " ujar ginekolog di Alpha IVF & Women Specialist, Dr. Lam Wei Kian.

Selain itu, bayi juga berisiko lahir dengan berat badan rendah dan memiliki kemungkinan bertahan lebih kecil menurut ahli kesehatan, seperti dikutip dari laman WebMD. Pada ibu, ada risiko terkena pre-eklampsia, diabetes gestasional, serta pendarahan sebelum dan sesudah persalinan.

Namun, menurut Lam, ada cara untuk mengurangi risiko kelahiran prematur, yakni pemberian obat khusus agar rahim rileks dan mengurangi kontraksi.

"Ada cara yang kita bisa lakukan untuk kurangi bersalin prematur, pemberian obat agar rahim rileks, mengurangi kontraksi, semasa 24 minggu ke atas, injeksi pada ibu untuk mematangkan (fungsi) paru-paru. Kelahiran prematur berisiko paru-paru tidak matang (sempurna fungsinya)," kata ia.

Dari sisi makanan, sebenarnya tidak ada pantangan khusus bagi ibu yang menjalani IVF. Mereka tetap perlu mengonsumsi makanan bergizi secara seimbang.

"Kami sebagai dokter tidak hanya menganjurkan konsumsi makanan sehat, tapi juga menyarankan jangan campur dengan obat tradisional. Kita tidak tahu kandungan di dalam obatnya, mungkin ada hormon yang mempengaruhi kinerja obat injeksi," tutur Lam.

Sebelum menjalani IVF, suami istri harus berkonsultasi dengan dokter dan menjalani serangkaian tes, mulai dari darah untuk menentukan perawatan yang diperlukan jika ternyata ada masalah dalam sistem reproduksi.

Prosedur berikutnya, pemberian injeksi atau obat-obatan untuk meningkatkan kesuburan, lalu injeksi GnRH dan pengambilan sel telur, diikuti pengambilan sperma. Kalau sperma cukup, tinggal mencemplungkannya ke sel telur dalam cawan petri.

Di laboratorium, ahli embrio akan memantau embrio hingga siap ditanamkan ke rahim. Umumnya, proses IVF membutuhkan waktu lima sampai enam minggu.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."