Cara Mencegah Bayi Tersedak MPASI, Posisikan Kepala Bayi Tegak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
 Ilustrasi bayi makan MPASI (pixabay.com)

Ilustrasi bayi makan MPASI (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pemberian makanan pendamping air susu ibu atau MPASI dini bisa berakibat fatal pada bayi. Seorang bayi perempuan berusia 40 hari di Kebon Jeruk Jakarta meninggal dunia karena tersedak pisang saat disuapi oleh ibu kandungnya, Senin, 9 Desember 2019.

Saat kejadian, sang ibu tidak mengira bahwa keputusannya memberikan pisang kepada sang bayi yang baru berusia 40 hari akan berujung kematian. Sebab, kembaran si bayi ketika diberikan porsi pisang yang sama, yaitu seujung sendok teh, tidak tersedak. Itu sebabnya Yuni berani memberikan pisang kepada AH.

Dokter spesialis anak Lucia Nauli Simbolon menyayangkan kasus tersebut terjadi di kota besar di mana fasilitas kesehatan mudah dijangkau dan informasi dan edukasi mengenai kesehatan dan MPASI juga mudah diakses.

"Pemberian MPASI menurut standar WHO dan IDAI adalah di masa anak berusia enam bulan, selain itu selama 6 bulan hanyalah ASI, itu saja makanan yang paling baik buat bayi," ucap Lucia saat dihubungi Tempo, pada pekan lalu.

Lucia menegaskan, gizi untuk bayi sebelum enam bulan adalah yang terbaik ASI. Jika ada kondisi tertentu sehingga bayi ingin diberi MPASI dalam bentuk liquid, bisa dilakukan saat usia 4 bulan atau kepalanya sudah tegak.

Menurut Lucia, bahaya MPASI solid food, seperti pisang, bagi bayi ialah tersedak karena menghalangi jalan napas. Kepala bayi belum bisa tegak membuat dia rentan tersedak.

"Orang tua mesti tahu syarat MPASI selain usia 6 bulan kita kepala bayi sudah bisa tegak, lidah sudah bisa bergerak karena akan membantu menggerakkan makanan yang masuk. Anak menangis bukan sebagai tanda (lapar) karena banyak penyebabnya kenapa anak nangis," lanjut dr Lucia.

Bahaya selanjutnya ialah terjadi pada usus yang disebut invaginasi, yakni kondisi di mana suatu bagian usus masuk ke dalam saluran usus yang lain sehingga menyebabkan obstruksi saluran cerna.

Invaginasi menurut Lucia tidak bisa diketahui secara langsung, harus melalui USG untuk diagnosis lebih lanjut. Tapi terdapat gejala awal seperti bisa kita lihat pada anak. Adapun gejala atau tanda bayi mengalami invaginasi adalah, pertama, bayi menangis tiba-tiba dan mengangkat dua kakinya.

"Kedua, buang air besarnya darah atau berwarna pink bercampur lendir tidak ada warna kuningnya lagi. Ketiga, muntahnya berwarna hijau. Keempat, kembung. Tapi, tidak selalu kembung sebab bayi kadang perutnya tampak seperti kembung," pungkas ia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."