Cara Mengenali Tipe Kerja Karyawan dari Pembagian Generasinya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi beberapa pekerja sedang rapat serius. shutterstock.com

Ilustrasi beberapa pekerja sedang rapat serius. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap tahun atau pada masa tertentu, lembaga atau perusahaan menerima karyawan baru setelah melalui beberapa seleksi. Dari jumlah yang diterima itu, pasti ada persentase untuk fresh graduate atau mahasiswa yang baru lulus. Siklus itu terus berulang secara berkala. Oleh karena itu, tentu terjadi pertemuan beberapa generasi di dalam lingkungan kerja.

Melansir dari laman Times of India, Sonica Aron, managing partner di suatu konsultasi sumber daya manusia (SDM), mencatat saat ini ada empat generasi bekerja di ruang yang sama. Mereka adalah generasi milenial, Y, X, dan baby boomer.

“Mulai dari proses pengambilan keputusan, orientasi pekerjaan, motivasi, dan gaya komunikasi dari beragam generasi ini bisa menyebabkan kesenjangan komunikasi, kurangnya rasa saling menghormati dan kepercayaan, masalah retensi, dan berdampak pada produktivitas serta moral tim,” dia menjelaskan.

Menciptakan situasi yang kondusif di antara generasi yang berbeda-beda ini menjadi salah satu tugas departemen SDM di setiap lembaga atau perusahaan. Bagaimana menciptakan kondisi yang saling membangun dan menghargai satu sama lain.

Menurut Sumit Kumar, pendiri dan direktur konsultasi SDM, sensitivitas yang muncul dari kesenjangan usia salah satunya diatasi dengan interaksi lintas generasi di dalam kerja tim. Sementara itu, Aron menyarankan pendekatan pragmatis, "Saya tidak berpikir, generasi senior untuk melepas “benteng pertahanan”. Kami juga tidak ingin generasi muda berubah. Kami ingin semua generasi hidup berdampingan. Idealnya adalah setiap generasi saling menghormati, berkontribusi, dan bekerja sama."

Gap antar generasi ini bisa dihadapi seperti kesenjangan generasi dalam tingkat keluarga. Menciptakan  saling pengertian dan rasa hormat, komunikasi yang transparan, serta kepatuhan dengan sejumlah aturan yang ditetapkan oleh kepala keluarga dalam konteks pekerjaann tentunya pimpinan tertinggi. Aron berucap, “Saya memimpin tim milenial. Saya telah meletakkan aturan dan proses agar pekerjaan berlangsung lancar, mudah dipantau, dan tidak melanggar ruang dan nilai-nilai pribadi mereka."

Pertemuan bulanan yang membahas target pekerjaan juga diciptakan menjadi ajang pendekatan satu sama lain. Dibangun ruang-ruang perbincangan santai tentang harapan di pekerjaan ataupun keinginan pribadi.

 Ilustrasi meeting atau rapat. shutterstock.com

Mari kita telusuri tipe kerja keempat generasi berikut

1. Baby boomer (1946-1964)

  • Bekerja terbaik dalam tim
  • Menghargai rapat
  • Baik dalam menjelaskan arah
  • Percaya dalam bekerja keras dan menuntaskan pekerjaan tepat waktu
  • Seringkali memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya dan beranggapan pekerjaan bisa meningkatkan harga diri mereka harga diri dari pekerjaan 

2. Gen X (pertengahan 1960-an hingga awal 1980-an)

  • Tangguh
  • Dapat beradaptasi dan mandiri
  • Bisa bekerja sendiri tanpa gangguan

3. Gen Y (1981-1996)

  • Menikmati tantangan
  • Cerdas dan pandai menentukan arah
  • Bekerja secara struktur
  • Hormati pencapaian
  • Ingin mencapai tujuan mereka sendiri

4. Milenial (awal 1980 hingga awal 2000)

  • Ingin peluang untuk belajar dan tumbuh
  • Mengharapkan dan meminta umpan balik
  • Memiliki kecerdasan teknologi yang luar biasa
  • Multi-tasker dan kolaborator terampil yang hebat
  • Menjalani kehidupan yang serba cepat
  • Lebih suka belajar sendiri daripada diberi tahu apa yang harus dilakukan
  • Butuh tujuan

Cara bekerja efektif dan komunikatif antar generasi

1. Jangan bertindak seperti yang tahu segalanya. Terbuka untuk belajar dari satu sama lain.

2. Mengembangkan program bimbingan di mana generasi dapat bertukar gagasan dan keahlian.

3. Dapatkan manajemen hingga kecepatan pada perbedaan generasi.

4. Hindari penggunaan partisi agar memupuk suasana kolaborasi yang hangat dan terbuka.

5. Ciptakan suasana kantor yang menyenangkan untuk menciptakan persahabatan.

6. Hindari stereotip tentang orang tua tidak updates teknologi dan kesan milenial tidak menghargai pengalaman.

7. Terapkan metode komunikasi campuran, yaitu pertemuan tatap muka dan video.

8. Ciptakan budaya saling menghormati. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."