Kisah Desainer Indonesia yang Memikat Pasar Eropa

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Sejumlah model memeragakan koleksi para desainer yang dibawa dalam perhelatan La Mode Sur la Seine a Paris, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, 14 Oktober 2019. TEMPO/Ecka Pramita

Sejumlah model memeragakan koleksi para desainer yang dibawa dalam perhelatan La Mode Sur la Seine a Paris, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, 14 Oktober 2019. TEMPO/Ecka Pramita

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - LA MODE Sur La Seine a Paris telah berhasil diadakan Indonesian Fashion Chamber (IFC) di Kota Paris, Prancis untuk kedua kalinya pada 29 September 2019 lalu. Acara tersebut berlangsung di atas Kapal Pesiar Boreas menyusuri Sungai Seine berkeliling Kota Paris yang dihadiri oleh para buyer dan media internasional. Ali Charisma, National Chairman Indonesian Fashion Chamber mengatakan LA MODE Sur La Seine a Paris terbilang sukses digelar untuk mempromosikan karya desainer Indonesia di pasar Eropa. Buyer dari beberapa negara di Eropa yang berkenan hadir, memberikan respon positif terhadap keunikan dan keragaman konten lokal yang diangkat oleh desainer Indonesia.

"Para desainer berkesempatan hadir dalam pameran dagang fashion 828 yang terbesar di Eropa, TRANOI, sehingga mendapatkan banyak inspirasi dan pengalaman memperkuat bisnis BZB dan ekspor ke pasar Eropa,” tutur Ali di Jakarta, Senin 14 Oktober 2019.

Atase Perdagangan Paris, Megawati menjelaskan secara statistik, Indonesia menempati urutan ke-21 sebagai penyedia produk fashion di Prancis dengan share hanya 0.9 persen. "Indonesia harus bisa meningkatkan peluang akses ini dengan cara bersaing di sisi kreativitas dan inovasi yang juga memperhatikan kelestarian lingkungan dan sosial," ucapnya.

 
Sejumlah model memeragakan koleksi para desainer yang dibawa dalam perhelatan La Mode Sur la Seine a Paris, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, 14 Oktober 2019. TEMPO/Ecka Pramita

Untuk mengembangkan sektor industri mode di Tanah Air dengan mengoptimalkan potensi di daerah, perhelatan LA MODE Sur La Seine a Paris turut didukung oleh Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Lampung yang menghadirkan karya Desainer Wignyo Rahadi dengan menggunakan hasil pengembangan kain tradisional asal Lampung, Tapis; dan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia melalui Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang yang mendukung talenta desainer muda untuk menembus pasar luar negeri.

“Event ini memberikan pengalaman yang luar biasa untuk memperkenalkan karya alumni Kejuruan Fashion Teknologi BBPLK Semarang melalui brand LNC (Life Needs Colours) mengukur sejauh mana karya tersebut diterima di pasar Eropa. Koleksi yang ditampilkan dalam fashion show mendapat apresiasi positif dari para pengunjung, bahkan stan eksibisi ramai pengunjung yang kagum dengan koleksi LNC by BBPLK Semarang,” ujar Edy Susanto, Kepala BBPLK Semarang.

Di tahun kedua penyelenggaraan LA MODE Sur La Seine a Paris telah berhasil membuktikan keberhasilan dalam menggaungkan keunggulan karya desainer Indonesia sehingga menjadi sorotan pasar Eropa. Dengan dukungan berbagai pihak, ajang ini ditargetkan dapat digelar secara berkelanjutan setiap tahun sebagai pintu masuk bagi para desainer Indonesia untuk menarik buyer mancanegara, khususnya Eropa.

Karya yang ditampilkan 22 desainer mengangkat konten lokal sesuai tren global, meliputi busana konvensional dan busana muslim. Untuk kategori busana konvensional, yaitu koleksi dari Desainer Deden Siswanto, Ali Charisma, Lenny Agustin, Sofie, Wignyo Rahadi, Risa Maharani, Kebaya Adhikari by Kukuh Hariyawan, Threadapeutic by Dina Midiani, LNC (Life Needs Colour) by BBPLK Semarang, dan ISWI Fashion Academy. Sedangkan untuk kategori busana muslim, yaitu koleksi dari Desainer Lisa Fitria, Saffana, Defika Hanum, Elva Fauqo, NBRS Vintage by Temmi Wahyuni, Tufiana, Santi Nugraha, dan OPIEVIE.

ECKA PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."