Tips Mengonsumsi Suplemen Zat Besi, Jangan Campur dengan Susu

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak sakit tidak mau minum obat. shutterstock.com

Ilustrasi anak sakit tidak mau minum obat. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Saat mengonsumsi suplemen zat besi ada sejumlah anjuran dokter yang harus diperhatikan. Mulai dari waktu konsumsi, dosis, hingga minuman atau makanan yang harus dihindari.

“Suplemen zat besi lebih mudah diserap aliran darah jika dikonsumsi satu jam sebelum makan atau saat perut masih kosong. Bagi yang mudah mual atau memiliki gangguan pencernaan lainnya, boleh dikonsumsi setelah makan,” ujar dokter Rini Sekartini spesialis anak dan kandungan di Seminar Edukasi Umum Sangobion di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu 3 Juli 2019.

Saat mengonsumsi suplemen zat besi, jangan pula asal mencampur dengan minuman atau makanan. Sebab bisa menggugurkan khasiat suplemen zat besi.

“Jangan mengonsumsi suplemen zat besi dengan produk olahan susu, sereal, roti gandum, teh, dan kopi. Sekarang lagi tren minum es kopi kocok, lalu mau coba dicampur dengan suplemen. Sudah kopi, susu, abis zat besinya tidak terserap. Beberapa bahan tersebut memiliki kandungan yang menghambat penyerapan zat besi ke aliran darah,” katanya.

Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah dosis yang dianjurkan untuk konsumsi suplemen zat besi.

“Kalau untuk dosis pencegahan cukup satu kali dalam sehari. Misalnya anak perempuan yang menstruasinya lagi banyak-banyaknya, bisa konsumsi satu kali saat masa haid. Beda pula dengan pengobatan anemia, dosis suplemen zat besinya lebih besar dan lebih lama. Dikonsumsi hingga sembuh dan selalu ikuti anjuran dokter,” tandas dokter Rini.

Prof.Dr.dr Rini Sekartini, Sp.A(K) di acara Seminar Edukasi Umum Sangobion, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu 3 Juli 2019. Tempo/Silvy Riana Putri

Bagi ibu hamil, suplemen zat besi diberikan saat memasuki trimester ketiga. “Waktu trimester ketiga ini, ibu hamil sudah melewati masa mual dan muntah. Kalau ibu hamilnya masih mual sekali, disiasati dengan obat penghilang mual dari dokter,” ucapnya.

“Untuk ibu hamil harus dicek dulu nilai hemoglobin (Hb), kemudian dokter akan lihat cadangan zat besi. Kadang-kadang ada kondisi Hb-nya mulai turun, tapi cadangan zat besinya masih ada. Kita akan berikan dosis pencegahan. Kalau sama sekali tidak ada cadangan zat besi akan diberikan dosis lebih besar,” urai dokter Rini.

Salah satu dampak bayi yang mengonsumsi zat besi adalah buang air besarnya bisa keras dan berwarna lebih gelap. “TIdak perlu takut, itu efek normal yang terjadi saat mengonsumsi suplemen zat besi. Bila itu terjadi, ibu cukup berikan air putih lebih banyak kepada bayi,” ucapnya.

Dia pun melanjutkan, “Di awal-awal bayi mungkin menerima, kalau dia bosan dan menolak bisa di-stop dulu. Kasih jeda, setelah itu baru kasih lagi. Saya sarankan bayi yang diberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif diberikan suplemen zat besi hingga usia dua tahun untuk tindakan kekurangan zat besi.”

Bentuk suplemen zat besi pun beragam. Ada yang sirup, tablet, dan kapsul. Khusus untuk bayi disarankan menggunakan drop agar takarannya pas dan memudahkan untuk diserapnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."