Alasan Ini yang Membuat Profesi Pilot Diminati Perempuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Kapten pilot wanita pertama Garuda Indonesia, Ida Fiqriah bersama Co pilotnya sebelum melakukan penerbangan khusus Hari Kartini dengan tema 'Kartini Flight' di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Sabtu, 21 April 2018. (TEMPO/Yatti Febri Ningsih).

Kapten pilot wanita pertama Garuda Indonesia, Ida Fiqriah bersama Co pilotnya sebelum melakukan penerbangan khusus Hari Kartini dengan tema 'Kartini Flight' di Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Sabtu, 21 April 2018. (TEMPO/Yatti Febri Ningsih).

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Maskapai nasional Garuda Indonesia baru menerima dua pilot Ab-Initio perempuan asal Papua, Vanda Astri Korisano dan Martha Itaar. Kedua lulusan Nelson Aviation College, Selandia Baru, itu merupakan angkatan pertama rekrutmen pilot asal Papua. Masing-masing akan ditempatkan di Garuda Indonesia dan Citilink. 

Sebelumnya, Garuda Indonesia telah memiliki 30 pilot perempuan dari sekitar 1.300 jumlah total pilot yang bekerja di perusahaan itu. Jumlah itu memang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Tapi profesi pilot yang semakin menarik bagi perempuan membuka kemungkinan jumlah itu terus bertambah.

Menurut International Society of Women Airline Pilots, hanya terdapat 5,18 persen pilot perempuan dari seluruh jumlah pilot di dunia. Maskapai penerbangan yang paling banyak memiliki pilot perempuan adalah United Airlines, Amerika Serikat yaitu 7,4 persen. Dan negara dengan persentase pilot perempuan terbesar adalah India, yaitu 13 persen.

Sedikitnya jumlah pilot perempuan disebabkan pendapat banyak orang bahwa profesi pilot bukanlah untuk perempuan. Seorang pilot perempuan Inggris, Marnie Munns, mengatakan bahwa semua berawal dari pendidikan dasar. Ada bias gender yang dimunculkan sejak awal. Ditambah dengan penilaian bahwa pekerjaan ini membuat perempuan menjauh dari rumah dan keluarga.

Padahal, seorang pilot pun ada batasan terbang setiap bulan. Di Indonesia, menurut laman Kementerian Perhubungan, seorang pilot maksimal terbang 30 jam per minggu atau 110 jam per bulan. Di luar itu, masih banyak waktu yang bisa diluangkan untuk keluarga.

Marnie mengatakan, saat ini juga ada pilihan menjadi pilot lepas yang jadwalnya bisa diatur sendiri. Ia dan suami sama-sama pilot lepas. Jadi, Marnie dan suami mengatur jadwal terbang bersama sehingga bisa bergantian menjaga anak di rumah.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."