Pentingnya Peran Bidan Dalam Komunitas, Dekat dengan Masyarakat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi Bidan. shutterstock.com

Ilustrasi Bidan. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Profesi bidan dianggap memiliki peran penting dalam komunitas. Kepala Perwakilan United Nation Population Fund (UNFPA) Najib M Assifi mengatakan di antara semua masalah kesehatan ibu di Indonesia, salah satu masalah yang paling berat untuk diselesaikan adalah isu kematian ibu. Untuk menangani hal ini dibutuhkan peran utama para bidan. "Bidan berada di garis depan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil," kata Najib dalam penandatangan MOU dan diskusi Kerja Sama Center of Excellence di 5 Sekolah Kebidanan di Indonesia, Jakarta pada 29 Juli 2019.

Ada beberapa keuntungan profesi yang dimiliki para bidan. Pertama, bidan biasanya bisa bahasa daerah masyarakat setempat. Dengan keahlian itu, para bidan bisa dengan mudah berkomunikasi dengan para ibu hamil. Bidan pun bisa menjelaskan kondisi kehamilan si ibu dan memotivasi si ibu agar mau menjaga kesehatannya selama masa kehamilan.

Sebaliknya, bila kondisi sang ibu berada dalam masalah, bidan pun bisa dengan mudah mengkomunikasikannya. Dengan kedekatan bidan dan si ibu hamil, maka bidan bisa saja mengajak si ibu untuk segera melakukan persalinan bila ada masalah dalam kandungan ibu itu.

Komunikasi yang lancar juga bisa dijalin antara bidan dengan keluarga si ibu. Bidan bisa lebih banyak menjelaskan kondisi kesehatan ibu kepada si suami ibu hamil atau mertua atau keluarga besar si ibu. "Kepada keluarga besar si ibu hamil, bidan bisa menjelaskan lebih rinci tentang kondisi si ibu sekaligus bisa meminta agar keluarga ikut menjaga dan mendukung kesehatan kehamilan si ibu," kata Najib.

Dengan bantuan keluarga yang membantu pengawasan bidan, penanganan masalah kehamilan ibu bisa lebih cepat dan mudah dilakukan. "Jadi bidan itu tanggung jawabnya banyak. Hubungannya tidak hanya ke ibu, namun juga kepada keluarga dan komunitas di sekitar ibu hamil itu," kata Najib.

UNFPA bekerja sama dengan Global Affair Canada, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia serta Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia menetapkan 5 Institusi kebidanan untuk menjadi Centre of Excellence alias Pusat Keunggulan Pendidikan Kebidanan pada Senin 29 Juli 2019 di Jakarta/UNFPA

Bidan juga biasanya orang yang paling pertama menangani para ibu bila dalam kondisi bencana. Najib melihat kondisi itu saat para bidan menangani para ibu hamil secara sigap ketika bencana yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah. "Saat kondisi bencana, di mana semua fasilitas kesehatan lumpuh, dan kurangnya sumber daya air atau peralatan medis, bidan berada di antara komunitas membantu para ibu untuk melahirkan dan menjaga para ibu hamil yang menjadi korban bencana," kata Najib.

Bila bidan bisa menjaga kesehatan komunitasnya, maka bidan pun bisa membantu mengurangi angka kematian ibu secara nasional. Tanggung jawab besar yang diemban para bidan membuat bidan perlu meningkatkan kualitasnya. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan standar pendidikan para bidan di sekolah kebidanan.

Untuk itu, UNFPA bekerja sama dengan Global Affair Canada, Kememterian Riset dan Teknologi, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia serta Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia menetapkan 5 sekolah kebidanan untuk menjadi Centre of Excellence alias Pusat Keunggulan Pendidikan Kebidanan. Kelima institusi itu adalah Politeknik Kesehatan Jakarta III, Bekasi; Politeknik Kesehatan Karang, Lampung; Politeknik Kesehatan Jayapura, Papua; Univesitas Airpangga, Surabaya; Akademi Kebidanan Pelamonia, Makassar.

Kelima institusi ini sudah mengikuti berbagai seleksi dan komitmen. Dalam pusat keunggulan sekolah kebidanan itu, diharapkan para bidan bisa meningkatkan keahlian pendampingan melahirkan sehingga tujuan akhirnya adalah mengurangi angka kematian ibu secara nasional.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."