Ilmuwan Ungkap Kaitan Otak dan Cinta

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi pasangan jatuh cinta. shutterstock.com

Ilustrasi pasangan jatuh cinta. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perjalanan cinta mungkin terlihat misterius. Tapi para ilmuwan sebenarnya punya gagasan bagus mengenai apa yang dilakukan cinta di otak.

Jatuh cinta membuat otak dibanjiri unsur-unsur kimiawi dan hormon yang memproduksi perasaan bahagia, obsesi, dan keterikatan. Berikut lima cara cinta mempengaruhi otak, seperti dilansir Live Science.

#Hormon merusak ingatan
Para pakar saraf membagi cinta menjadi tiga fase, yakni nafsu, tertarik, dan keterikatan. Pada fase nafsu, hormon membanjiri tubuh dengan perasaan menginginkan yang intens. Adrenalin dan norepinefrin membuat jantung berdebar dan telapak tangan berkeringat, sementara dopamin di otak menciptakan perasaan euforia. Otak melepaskan dopamin sebagai respons terhadap stimuli yang menyenangkan, seperti respons terhadap narkoba.

Baca juga:
Sejuta Manfaat Jatuh Cinta, Ini 6 di Antaranya

#Bekerja seperti narkoba
Bahkan sebelum orang jatuh cinta, melihat wajah yang menarik mengaktivasi bagian yang sama di otak seperti yang dilakukan pereda rasa sakit macam morfin, yakni sistem opioid. Bagian otak ini bertanggung jawab pada perasaan suka. Sebuah penelitian menunjukkan laki-laki yang diberi dosis kecil morfin menilai wajah seorang wanita di foto yang ditunjukkan kepadanya lebih menarik, sedangkan laki-laki yang tidak diberi morfin menilai wanita itu biasa saja. Artinya, sistem opioid bisa mengubah persepsi "menarik".

#Meningkatkan aliran darah
Jatuh cinta membuat aliran darah ke pusat kesenangan di otak, yakni nucleus accumbens, semakin deras. Hasil pindai MRI menujukkan area ini seperti membara ketika seseorang sedang dilanda asmara. Meningkatnya aliran darah biasanya terjadi selama fase tertarik, saat dua sejoli sudah saling tertarik.

#Membuat otak seperti OCD
Rasa cinta menurunkan kadar serotonin di otak, seperti yang terjadi saat Obsessive-compulsive disorder (OCD), yaki gangguan kecemasan yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran tidak masuk akal dan obsesi sehingga mendorong orang untuk berperilaku repetitif atau kompulsif. Menurunnya serotonin menjelaskan kenapa dua sejoli hanya menunjukkan konsentrasi pada obyek kasih sayang mereka saja. Perasaan inilah yang membuat seseorang menutup mata pada sifat-sifat buruk pasangan karena hanya berfokus pada sifat-sifat baiknya saja.

#Hormon menyebabkan keterikatan
Setelah dua orang terlibat asmara untuk beberapa waktu, tubuh lebih toleran terhadap unsur-unsur kimiawi yang menyenangkan. Fase tertarik membuka jalan menuju fase terikat, ketika hormon oksitosin dan vasopresin menyerap di otak dan menciptakan perasaan senang dan aman.

Artikel lain:
Putus Cinta, Ikuti 3 Jurus Cepat Lupakan Sang Mantan

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."