Macam Pengidap Diabetes, Mana yang Boleh Puasa dan Tidak?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi diabetes (pixabay.com)

Ilustrasi diabetes (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penderita diabetes kerap berpikir untuk menjalankan ibadah puasa. Kekhawatiran gula darah anjlok, imbasnya pada ginjal maupun tekanan darah menjadi alasan utama.

Wajar saja, mengingat diabetes salah satu penyakit berat selain jantung dan kanker. Padahal, penderita diabetes sebenarnya tidak perlu ragu berpuasa.

Dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD., PhD., 40 tahun, mengatakan 70-80 persen penderita diabetes bisa menjalankan ibadah puasa. Yang penting diketahui, ketika berpuasa terjadi perubahan metabolisme terkait jumlah makanan dan cairan yang masuk ke tubuh. Perubahan ini jelas berimplikasi pada sistem metabolisme semua orang, khususnya penderita diabetes.

Orang diabetes wajib memperhatikan jumlah makanan dan cairan yang masuk. Apalagi jika mereka mengalami diabetes plus komplikasi penyakit kelas berat seperti hipertensi. Dante membagi penderita diabetes bagi yang berpuasa dalam kategori berikut.

Artikel terkait:
Agar Puasa Aman buat Pengidap Diabetes
Penderita Diabetes Boleh Makan Kolak saat Buka Puasa, tapi...

Penderita diabetes yang boleh berpuasa
Mereka adalah penderita diabetes awal yang tidak memiliki riwayat komplikasi seperti jantung, stroke, penyakit pembuluh darah, dan tidak memakai obat-obatan jenis sulfonilurea (kelompok obat antidiabetik oral yang dapat menurunkan kadar gula darah-red) serta insulin.

Penderita diabetes yang boleh berpuasa dengan penyesuaian jenis obat
Yakni mereka yang menggunakan obat jenis sulfonilurea dan insulin berdosis rendah.

"Tanpa keduanya, kadar gula penderita diabetes bisa anjlok lalu mengalami hipoglikemia. Gula darah anjlok hingga di bawah normal, akibatnya mereka pingsan lalu dilarikan ke rumah sakit. Maka dokter harus mengatur waktu pemberian obat bagi mereka," kata Dante, pengajar di divisi Metabolik-Endokrin FKUI/RSCM Jakarta. 

Ia mengatakan, mereka boleh berpuasa asalkan obat tak dipakai pada saat sahur, melainkan pada saat berbuka. Dosisnya harus dikurangi.

"Kalau pakai dosis yang biasa (seperti halnya ketika mereka makan siang sementara obat bekerja 24 jam), maka tanpa makan siang dengan dosis tetap membuat kandungan gula dalam darah anjlok," katanya.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."