Gigi Sehat Mempengaruhi Percaya Diri dan Prestasi Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi anak tersenyum. Pixabay.com

Ilustrasi anak tersenyum. Pixabay.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta – Gigi yang sehat bisa mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pada anak, termasuk kepercayaan diri dan prestasi. Menurut survei global yang dilakukan Pepsodent pada 2018 melibatkan 4.094 anak berusia 6-17 tahun di delapan negara, yaitu Chili, Mesir, Perancis, Italia, Amerika Serikat, Ghana, Indonesia, dan Vietnam. Di Indonesia, survei dilakukan terhadap 506 anak.

Baca juga: Nadia Mulya Berbagi Tips Memilih Dokter Gigi Anak

Drg Ratu Mirah Afifah selaku Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia menyampaikan dari hasil survei itu sebanyak 64 persen anak Indonesia mengalami keluhan sakit gigi.

“Dari 64 persen, ternyata 41 persennya sakit gigi dalam kondisi sedang (moderat) sampai sakit sekali. Masalah ini ternyata menyebabkan anak-anak menemui banyak kesulitan di sekolah hingga kepercayaan diri bersosialisasi dengan teman-temannya,” ucap drg. Mirah saat ditemui di acara Pepsodent Senyum Sehat Cerahkan Masa Depan Anak Indonesia di Amertha Warung Coffee, Jakarta Selatan, Rabu 20 Maret 2019.

Lebih lanjut dia memaparkan, “Anak-anak yang bermasalah dengan gigi dan mulut cenderung dua kali lebih rentan untuk mengalami krisis kepercayaan diri, kesulitan bersosialisasi, bahkan menolak untuk tersenyum.”

Drg. Ratu Mirah Afifah GCClinDent., MDSc (Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia) di acara Pepsodent Senyum Sehat Cerahkan Masa Depan Anak Indonesia, di Amertha Warung Coffee, Jakarta Selatan, Rabu 20 Maret 2019. (Tempo/Silvy Riana Putri)

Dari sisi kemampuan belajar dari survei tersebut terungkap 29 persen anak yang sakit gigi mengalami gangguan tidur sehingga mengantuk di dalam kelas. Sebanyak 37 persen anak absen dari sekolah dengan rata-rata jumlah absen dua hari per tahun. Selain itu, 38 persen anak tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dan 39 persen anak sulit konsentrasi di kelas.

Melihat hasil survei tersebut, Ayoe Sutomo, psikolog anak dan keluarga membenarkan kondisi fisik turut mendukung rasa percaya diri dan self esteem. “Salah satu yang membentuk self esteem itu adalah kondisi fisik, termasuk kesehatan gigi. Individu yang merasakan nyaman dengan fisiknya lebih mampu menghadapi tantangan-tantangan, menghadapi tugas-tugas yang diberikan kepadanya, dan jadi lebih percaya diri,” tukas Ayoe.

Menurut Ayoe, self esteem adalah bagaimana seorang individu mengevaluasi dirinya secara positif maupun negatif. Dari evaluasi itu memunculkan rasa kebahagiaan diri dan merasa yakin dalam melakukan banyak hal. Individu yang memiliki self esteem rendah cenderung pesimis dan tidak berani menghadapi berbagai macam tantangan. Padahal sikap optimis dan berani maju dan mengambil kesempatan-kesempatan yang datang bisa menjadi pembuktia diri sehingga meningkatkan kadar self esteem.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."