Tips Memilih Asuransi Pendidikan yang Tepat dan Aman

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi anak wisuda/pendidikan anak. Shutterstock.com

Ilustrasi anak wisuda/pendidikan anak. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM Jakarta – Asuransi masih belum terlalu dianggap penting bagi masyarakat Indonesia. Jumah penduduk Indonesia pada 2018 mencapai lebih dari 265 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, baru 1,7 persen yang memiliki asuransi.

Baca juga: Cermati Waktu Terbaik untuk Asuransi Pendidikan Anak

Chief Marketing Officer PT AIA Financial, Lim Chet Ming, mengatakan kondisi ini merupakan kesemptan sekaligus tantangan bagi industri asuransi. "Setiap orang memiliki kebutuhan masing-masing atas asuransi yang dipilihnya. Kita harus ingat bahwa asuransi itu menjadi bagian risk management too. Asuransi bisa membantu kita, bila terjadi risiko yang tidak diinginkan,” jelas Lim Chet Ming, saat ditemui di Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia mengenai asuransi dilatarbelakangi banyak faktor antara lain besarnya tanggungan premi yang harus dibayar, tebalnya keterangan di polis asuransi, dan sejumlah peristiwa klaim yang berbelit-belit. Tentu kondisi itu tersebut menjadi pertimbangan bagi pemula yang tertarik memiliki produk asuransi.  

Sebagai salah satu petinggi di PT AIA Financial, Ming pun berbagi kiat untuk pemula yang ingin memiliki asuransi pendidikan untuk anak. Simak ulasannya berikut ini.

#1. Cek kondisi keuangan
Terlebih dahulu lakukan financial check. Misalnya, pemasukan suatu keluarga Rp 200 juta dalam setahun. Jangan pula 50 persen dari penghasilan itu untuk membayar premi asuransi karena bisa menganggu arus pengeluaran yang lain. Sekitar 15-20 persen yang diposkan untuk pembayaran premi asuransi. “Sebaiknya Anda lakukan pengecekan bersama financial adviser agar dia bisa bantu sarankan jenis asuransi apa yang paling dibutuhkan mengikuti planning Anda ke depan,” ungkap Ming.

#2. Track record perusahaan
Pilihlah perusahaan asuransi di Indonesia yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan mempunyai tingkat modal minimum berbasis risiko atau risk based capital (RBC) minimal 120 persen yang sesuai dengan ketentuan pemerintah. “Asuransi adalah kesepakatan jangka panjang, jadi Anda harus benar-benar memilih perusahaan yang sudah terpercaya dan aman dalam melayani nasabahnya,” tutur Ming.

#3. Detail dalam bertanya
Tidak perlu takut bertanya tentang produk ataupun layanan asuransi pendidikan, terlebih ini berkaitan dengan masa depan anak. “Anda berhak bertanya sedetail apapun kepada petugas asuransi, bila dirasa memberatkan membaca seluruh isi polis. Itu sudah menjadi kewajiban petugas untuk memberikan informasi rinci kepada Anda yang mau memiliki asuransi,” tukas Ming.

#4. Segera mendaftar
Setiap perusahaan asuransi pendidikan menyarankan untuk mendaftar lebih awal dengan pertimbangan kecilnya premi yang dibayarkan mengingat waktunya panjang. “Bukan karena saya bekerja di perusahaan asuransi, lalu saya menyarankan untuk segera mendaftar. Tapi secara hitungan matematis, bila Anda awal mendaftar ketika anak masih kecil, maka jumlah premi yang dibayar lebih kecil dalam waktu panjang.

Kalau sudah mendekati usia anak kuliah bisa jadi memberatkan plus usia kita tak muda lagi. Selagi kita sehat dan usia produktivitas, mengapa tidak persiapkan semuanya sejak awal. Mengingat orang tua yang menjadi pembayar asuransi pendidikan anak,” pungkas Ming.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."