3 Tips Memilih Kain Tenun Berkualitas Secara Kasat Mata

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Seorang pedagang menunjukkan tenun khas motif Toraja di Tongkonan Tobaran, Saddan, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 2 Januari 2018.Pengrajin menjual kain tenunnya mulai dari harga 200 ribu hingga 4 juta rupiah per meternya. Foto: Iqbal lubis

Seorang pedagang menunjukkan tenun khas motif Toraja di Tongkonan Tobaran, Saddan, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 2 Januari 2018.Pengrajin menjual kain tenunnya mulai dari harga 200 ribu hingga 4 juta rupiah per meternya. Foto: Iqbal lubis

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap helai kain tenun menyimpan makna yang sama dengan kain batik. Di dalamnya tergambar motif budaya asalnya, pemilihan warna ciri khas masyarakat setempat, dan filosofi di balik suatu motif.

Baca juga: Minat Anak Muda Rendah, Regenerasi Penenun Mandek

Namun selain ketiga nilai tersebut, kualitas tenun juga bisa ditentukan secara kasat mata. Hal pertama tak bisa dipungkiri adalah soal harga. Tenun yang telah teruji kualitasnya adalah hasil buatan tangan para penenun, bukan kain tenun yang diproduksi secara massal.

Direktur Eksekutif Sahabat Cipta Dollaris Riauaty Suhadi mengatakan satu kain sepanjang 2 meter dengan lebar 70-80 centimeter butuh waktu pembuatan paling singkat tiga bulan. Kadang-kadang benang yang dipintal dari kapas sendiri itu harus dicelup dan dijemur 3-5 kali pengulangan supaya merekat warnanya. Kemudian menenun butuh tingkat fokus dan ketelitian yang tinggi. "Sudah selayaknya bila ingin membeli tenun berkualitas, harganya sekitar Rp 1,5 juta – Rp2,5 juta,” ucap Dollaris Riauaty Suhadi atau akrab disapa Waty, saat ditemui di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Selain itu, Waty menambahkan pewarna alami turut menentukan kualitas kain tenun. Menurutnya, penggunaan pewarna alami dari buah, daun, akar, batang tanaman setempat memiliki banyak manfaat. Di antaranya bagian dari pengembangan sumber daya lokal, budidaya tanaman lokal, dan mengurangi limbah produk kimia.

“Ciri kain tenun yang memakai pewarna alami akan sedikit pucat, meskipun jenis warnanya terang. Tidak terlalu presisi konsistensi warnanya, beda dengan warna buatan mesin. Tenun dengan pewarna alami tidak akan mudah pudar dalam waktu belasan hingga puluhan tahun,” kata Waty.

Selain harga dan pewarna alami, Waty menekankan pentingnya kerapatan benang pada tenun. “Salah satu cara mengecek kerapatan benang pada tenun, buka kain di bawah cahaya, lebih baik di bawah sinar matahari. Dari situ, kita bisa lihat mana yang paling rapat benangnya. Kualitas tenun terbaik itu yang memiliki kerapatan benang paling kuat,” tutur Waty.  

Sedangkan untuk merawat tenun berkualitas, Waty menyarankan untuk mencucinya dengan sampo, jangan mengggunakan sabun mandi atau detergen. Sebab, terlalu kuat kandungan kimianya untuk tekstur dan kerapatan benang. Kemudian, kain dijemur di tempat yang tidak terlalu terpapar sinar matahani. Setiap dua bulan sekali, dia menyarankan kain tersebut diangin-anginkan dengan menjemurnya di gawangan.

SILVY RIANA PUTRI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."