Mengintip Potensi Pasar Streetwear Lokal yang Bakal Cerah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi wanita dan fashion. Shutterstock.com

Ilustrasi wanita dan fashion. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sergio Berlino, direktur kreatif merk Rigio, mengatakan potensi pasar streetwear di Indonesia sangat besar. Namun, kepercayaan konsumen terhadap produk lokal masih perlu ditingkatkan. Rigio adalah salah satu label fashion lokal yang mengusung gaya streetwear

“Kepercayaan dari konsumen lokal terhadap brand lokal masih rendah. Sebenarnya sekarang kita tinggal berharap agar banyak platform untuk tempat berjualan,” jelasnya.

Artikel lain:
Sentuhan Budaya Lokal 5 Merek Indonesia di Pameran Streetwear
Aneka Kostum Superhero Marvel Buatan Murid Esmod Jakarta 

Tak hanya itu, dia menilai banyaknya ajang pameran busana juga dapat membantu untuk meningkatkan nilai saham sehingga dapat membangun ekosistem yang baik untuk industri fashion. Jadi, merek lokal tak kalah bersaing dengan merek internasional. Apalagi, beberapa merek ternama sekelas Louis Vuitton sudah melirik streetwear dengan kolaborasi dengan Supreme.

“Kolaborasi, menurut saya, dapat meningkatkan gairah pasar. Kami juga kolaborasi dengan Project X, dengan shoe designer tim dari Off-White. Lewat kolaborasi dunia fashion semakin berwarna,” jelasnya.

Ilutrasi streetwear. (Tempo/Astari P Sarosa)

Label fashion lokal lain, seperti Danjyo Hiyoji, bisa dibilang menjadi merek yang digemari. Desainer Danjyo Hiyoji, Liza Mashita, mengatakan dalam dua tahun terakhir streetwear memang tengah digemari, baik dari kalangan muda hingga orang dewasa.

“Sepertinya gaya streetwear masih akan tetap bertahan 2 hingga 3 tahun mendatang, karena masih banyak orang yang ingin kelihatan muda. Streetwear kan lebih fresh young,” jelas Liza.

Baca juga:
Uniknya Lukisan Raden Saleh pada Busana Streetwear

Dia menambahkan potensi label lokal streetwear di Indonesia masih terbuka lebar. Guna menembus potensi tersebut, lanjutnya tidak hanya kepercayaan konsumen akan brand lokal saja yang harus ditingkatkan namun juga dukungan keahlian seperti pembuatan baju hingga suplai bahan-bahan baku.

“Kadang craftsmanship-nya kurang mendukung, seperti suplai zipper, kancing masih perlu impor dari China,” tambahnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."