Kepanasan Lalu Masuk ke Ruangan Ber-AC Tak Baik Buat Kulit

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi kulit kering. Shutterstock

Ilustrasi kulit kering. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Suhu udara yang panas di luar membuat orang ingin segera berteduh atau masuk ke dalam ruangan yang sejuk. Ketika habis dari luar dengan cuaca yang terik, sering kali kita langsung masuk ke dalam ruangan berpenyejuk dan bikin kulit langsung terpapar udara dingin.

Baca:
Bingung Apa Jenis Kulitmu, Ambil Selembar Tisu dan Lakukan Ini

Ada pula yang serta-merta mengambil posisi di depan alat penyejuk udara atau AC demi mendapat hawa dingin. Assistant General Manager Air Conditioner PT. Panasonic Gobel Indonesia, Heribertus Ronny menyarankan tidak melakukan cara itu karena bisa membuat kulit menjadi kering.

"Saat kepanasan lalu masuk ke ruangan dengan AC itu tidak bagus. Pori-pori kulit yang terbuka saat terpapar panas jadi langsung kena udara dingin membuat kulit kering," kata Heribertus Ronny di Kemang Jakarta Selatan, Selasa 9 Oktober 2018. Sebaknya hindari ke ruang yang langsung memberikan semprotan udara dari AC.

Foto ilustrasi pendingin ruangan produk panasonic. (Foto: Dok. Panasonic)

Tempat-tempat seperti mall biasanya memberikan udara dingin, namun pengunjung tidak langsung merasakan semprotan udara dari AC. Sebab, pendingin ruangan yang biasanya digunakan di mall menyemburkan udara ke atas, bukan ke bawah. Karena itu, orang yang melewati alat penyejuk udara tidak langsung merasakan semprotan angin.

"Jadi, hindari kena AC langsung karena tidak bagus untuk jangka panjang," lanjut Heribertus Ronny. Tidak hanya itu, pada saat tidur malam hari sebaiknya jangan mengatur suhu AC terlalu dingin karena biasanya udara di luar semakin dingin. Suhu AC yang terlalu dingin juga bisa membuat kulit menjadi kering.

ASTARI PINASTHIKA SAROSA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."