Antibiotik Resep Dokter Harus Dihabiskan, Benar Tidak ya?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
ilustrasi overdosis obat (Pixabay.com)

ilustrasi overdosis obat (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dokter memberikan resep antibiotik untuk memulihkan kesehatan tubuh pasien. Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan dari berbagai mikroorganisme, bakteri tertentu, jamur, dan aktinomiset yang dalam kadar rendah mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan atau menghancurkan bakteri maupun berbagai mikroorganisme lain.

Ada asumsi yang beredar di masyarakat seputar antibiotik. Salah satunya, antibiotik yang diresepkan dokter harus dihabiskan. Hal tersebut terungkap dalam dikusi kesehatan bertema "Mengenal Bakteri dan Risikonya Terhadap Kesehatan" di Jakarta Selatan, pada akhir September 2018.

Artikel terkait:
Bahaya Resistensi Bakteri karena Sering Minum Antibiotik
Sebab Obat Antibiotik Harus Dihabiskan
Demam Tidak Selalu Diatasi dengan Antibiotik, Simak Saran Ahli
Penyakit Apa yang Perlu Antibiotik? Ini Penjelasan Dokter

Salah satu narasumber yang hadir dr. Harry Parathon, SpOG(K) dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Harry menerangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut salah satu strategi menurunkan AMR atau resistensi antimikroba adalah menghabiskan antibiotik yang diresepkan oleh dokter. Namun kebijakan dokter sangat dibutuhkan dalam menyikapi kondisi kesehatan pasien.

"Sekarang begini, badan pasien panas. Lalu dokter meresepkan antibiotik. Keesokan harinya, tubuh pasien memperlihatkan bercak kemerah-merahan, itu campak. Campak penyebabnya virus. Apakah antibiotik bisa membunuh virus? Tidak. Lalu untuk apa menghabiskan antibiotik? Ia tidak butuh antibiotik," ujar Harry.

Harry menambahkan, "Saya dan istri kemarin terkena demam berdarah. Trombosit saya turun bahkan, leukosit saya anjlok ke level 1.200. Saya bilang kepada dokter saya tidak mau antibiotik,” ungkapnya.

“Pengetahuan saya mengatakan pasien demam berdarah memang tidak perlu antibiotik. Kalau badan panas langsung ditembak dengan antibiotik bisa berbahaya karena pasien bisa saja terkena radang paru-paru, misalnya. Kuncinya mengenali dulu penyebab naiknya suhu tubuh pasien," tambahnya.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."