Desainer Mau Masuk Pasar Dunia Tak Cukup Berbekal Ide Kreatif

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi peragaan busana/fashion show. Shutterstock

Ilustrasi peragaan busana/fashion show. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perkembangan industri fashion di Indonesia semakin pesat dan kian banyak desainer muda menerapkan gaya kreatif dan unik. Sebagai salah satu institusi mode di Indonesia, Istituto di Moda Burgo atau IMB Indonesia bekerjasama dengan Made Ind untuk mengangkat desainer lokal Indonesia agar siap bersaing di pasar internasional.

Baca juga:
Chitra Subyakto Desain Kain Terinspirasi Mangkuk Mi Ayam
Setelah Jilbab Pocong, Desainer Ini Buat Gaun Pengantin dari Sawi

Hanya saja, menurut pendiri IMB Indonesia Jenny Yohana Kansil, berbekal ide kreatif saja tak cukup untuk melambungkan nama seorang desainer di kancah dunia. "Desainer harus set-up standar dulu, lalu mencari bagaimana caranya ke sana. Mereka harus punya standar yang tinggi di dunia Internasional dan untuk itu harus punya keterampilan teknik yang kuat," kata Jenny di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu 1 Agustus 2018.

Jenny Yohana Kansil, Pendiri Istituto di Moda Burgo Indonesia, di hari jadi IMB Indonesia yang ke 7, di Jakarta Selatan, Rabu 1 Agustus 2018. TEMPO | Astari P Sarosa

Desainer yang ingin go international, Jenny melanjutkan, juga harus memahami sistem produksi, teknik menjahit, dan pembuatan pola yang sempurna. Terutama sebagian besar desainer muda banyak yang mengangkat budaya dan warisan tekstil Indonesia untuk bersaing di pasar internasional. "Nah, desainer muda Indonesia masih banyak yang kurang dalam hal teknik," ucap Jenny.

Jenny percaya kalau Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk maju di dunia mode dunia. Perpaduan kreativitas yang unik dengan teknik yang kuat, maka para desainer muda Tanah Air diharapkan dapat mencapai tujuan untuk bersaing di pasar internasional.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."