Segudang Manfaat Daun Kelor, dari Kesehatan sampai ASI

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Teh Daun Kelor. TEMPO/Charisma Adristy

Teh Daun Kelor. TEMPO/Charisma Adristy

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Indonesia terkenal kaya akan tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak manfaat serta khasiatnya bagi tubuh. Daun kelor salah satu jenis tumbuhan yang banyak manfaatnya bagi tubuh. Ini disampaikan oleh FG Winarko selaku Bapak Ilmu dan Teknologi Pangan saat menghadiri kerja sama antara Mustika Ratu dengan Tokopedia untuk peluncuran rangkaian produk terbarunya, Beauty Box Mustika Ratu Beauty Queen Series.

Winarko mengatakan salah satu manfaat daun kelor ini sendiri sangat baik bagi ibu yang baru melahirkan. Sebab, daun kelor ini sangat tinggi protein dan kalium. Dengan mengonsumsi daun ini bisa memperlancar produksi ASI (Air Susu Ibu).

“Mengkonsumsi moringa akan banyak membantu melancarkan produksi ASI, baik kuantitas dan kualitasnya,” ujarnya di Taman Sari Spa, Jakarta, Jumat, 11 Mei 2018. 

Winarko melanjutkan, daun kelor sendiri secara tradisional berbentuk teh koh laies atau teh daun kelor yang sudah lama dimanfaatkan untuk dikonsumsi ibu yang baru melahirkan. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah secara gencar ikut mempromosikan.

Baca juga:
Ekstrak Daun Kelor Jadi Produk Makeup, Namanya Beauty Queen
Penuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil dan Anak dengan Daun Kelor

“Departemen pertanian Amerika Serikat juga telah mengakui bahwa daun kelor tinggi kandungan vitamin A dan C yang tinggi zat besi dan Phyto sterol,” ucapnya. 

Lebih lanjut, tidak hanya untuk ibu menyusui, daun kelor ini juga bisa di manfaatkan untuk kecantikan dan kesehatan kulit. Caranya diaplikasikan dengan memanfaatkan biji dan minyak daun kelor. Cara membuatnya sendiri cukup petik, dikeringkan, dan diekstrak menjadi bubuk. 

“Daun kelor ini antioksidan, karena ada namanya radikal bebas untuk cepat tua. Ini juga bisa mengeluarkan racun di tubuh,” imbuhnya. 

Winarko melanjutkan, daun kelor ini dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari. Untuk penyajian sendiri menurutnya tidak perlu cara yang khusus.

“Bebas, disajikan dengan dibubuhkan di atas makanan bisa. Kalau saya dicampurkan di teh. Rasanya seperti daun katuk,” tuturnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."