Grace Natalie Banting Setir Profesi karena Gemas

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Grace Natalie, Ketum Partai Solidaritas Indonesia, berpose disela-sela verifikasi partai politik di Kemenkumham, Jakarta, 24 Mei 2016. Ia menyatakan bahwa kehamilan ini menjadi sejarah penting bagi calon bayinya. TEMPO/Imam Sukamto

Grace Natalie, Ketum Partai Solidaritas Indonesia, berpose disela-sela verifikasi partai politik di Kemenkumham, Jakarta, 24 Mei 2016. Ia menyatakan bahwa kehamilan ini menjadi sejarah penting bagi calon bayinya. TEMPO/Imam Sukamto

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia atau PSI lolos dalam verifikasi partai peserta pemilu 2019 dan mendapat nomor urut 11. Ketua Umum PSI, Grace Natalie mengatakan partai itu berdiri karena ingin memberikan tempat bagi orang-orang baik untuk berpolitik.

Grace Natalie rela banting setir dari profesinya sebagai pembawa berita di beberapa stasiun televisi untuk terjun ke dunia politik. Di dunia jurnalistik, Grace Natalie berhasil meraih penghargaan Anchor of the Year 2008 dan Runner Up Jewel of the Station 2009 versi blog News Anchor Admirer.

Keputusan Grace Natalie meninggalkan dunia jurnalistik yang telah membesarkan namanya dan beralih ke politik karena dia gemas terhadap praktik mahar politik. Grace sudah sering mendengar istilah mahar politik saat masih menjadi wartawan dan itu terlihat nyata ketika dia bergabung dengan lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC.

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia ( PSI) Grace Natalie (kanan) bersama Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni (kiri) memegang replika kartu anggota PSI seusai menggelar jumpa pers di DPP PSI, Jakarta Pusat, 15 Desember 2017. PSI menjadi salah satu parpol yang dinyatakan lolos verifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). TEMPO/Dhemas Reviyanto

Ketika mendampingi seorang klien yang ingin maju dalam pemilihan gubernur, Grace Natalie menemukan kejanggalan. Hasil kerja orang tersebut mendapat respons positif dari masyarakat, namun saat melamar ke sebuah partai untuk menjadi calon gubernur, dia malah dimintai uang belasan miliar oleh seorang ketua umum partai. "Uangnya diambil, namun dukungan enggak dikasih. Saya jadi gemas,” kata Grace Natalie.

Dari berbagai kegelisahan di dunia politik, tekad Grace Natalie untuk mendirikan PSI semakin kuat. Menurut perempuan berdarah Melayu, Tionghoa dan Belanda, itu niatnya adalah ingin mendorong orang-orang baik untuk masuk ke ranah politik. “Semakin banyak orang baik di politik, harusnya hasilnya lebih baik,” ucapnya.

Ketua Umum PSI, Grace Natalie, dalam konferensi pers pembukaan pendaftaran calon anggota legislatif di Kantor DPP PSI, 27 Agustus 2017. TEMPO/Andita Rahma

Grace Natalie mengaku tidak rindu dengan profesi sebelumnya yang selalu terlihat tampil di depan kamera sebagai pembaca berita. Sebab, kini dia juga kerap bertemu dengan wartawan namun dengan posisi yang berbeda, yakni sebagai narasumber. "Jadinya kangennya terobati di situ," kata perempuan 35 tahun ini.

Sekitar 70 persen dari anggota PSI adalah generasi milenial. Grace Natalie mengimbangi semangat anak muda itu melalui pilihan busananya. Ketika pergi ke kantor atau menghadiri rapat internal partai misalnya, Grace Natalie tak canggung memakai celana jeans dan menyapa dengan istilah 'bro and sis' saat berpidato. "Tetap standby baju formal untuk acara resmi," ucapnya.

TABLOIDBINTANG

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."