Tanda Orang Kesepian, Waspada Bisa Bikin Sakit Sampai Bunuh Diri

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi wanita kesepian. shutterstock.com

Ilustrasi wanita kesepian. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Theresa May baru-baru ini menunjuk Tracey Couch, Menteri Olahraga dan Masyarakat Sipil, untuk mengurusi kementerian baru. Couch dipercaya mengelola kementerian yang menangani masalah kesepian rakyat Inggris. “Kesepian itu realitas menyedihkan di kehidupan modern," ujar May seperti dikutip dari Telegraph, 16 Januari 2018. May mengungkapkan, di Inggris, ada sembilan juta warga yang menderita kesepian. Lalu ada sekitar 200 ribu orang berusia lanjut yang tidak lagi berkomunikasi dengan teman-teman dan saudara-saudara mereka lebih dari satu bulan.

Kondisi ekstrem mengenai kesepian di Inggris diperkuat oleh hasil penelitian London School of Economics. Lembaga itu memperkirakan biaya yang mesti ditanggung pemerintah untuk mengatasi epidemi kesepian sebesar 6.000 poundsterling per orang. Namun pemerintah dapat berhemat 3 pound sterling untuk setiap 1 pound sterling yang dikeluarkan untuk tindak pencegahan kesepian. “Pencegahan yang dilakukan selama lima tahun akan membuat pemerintah berhemat 3,6 juta pound sterling,” kata David Mc Daid, peneliti London School.

Ilmuwan neuroscientist dari Universitas Chicago, John Cacioppo, mengungkapkan temuannya yang menunjukkan bahwa isolasi sosial dan penolakan memiliki efek yang sama dengan haus, lapar, atau sakit. “Sebagai makhluk sosial, berada di tepian batas sosial merupakan keadaan berbahaya,” kata dia. Dalam keadaan ini, otak mendorong manusia ke keadaan hampa yang membawa beragam efek negatif.

Hasil lainnya menyebutkan kesepian membuat seseorang sulit sembuh dari sakit. Cacioppo melibatkan dokter sebagai obyek penelitiannya. Sang dokter mengemukakan, pasien yang tidak terisolasi secara sosial menunjukkan perkembangan medis yang lebih baik. Bahkan seorang dokter mengaku memberikan perawatan medis yang lebih lengkap kepada pasien yang memiliki keluarga pendukung.

Psikolog Irma Gustiana mengatakan kesepian merupakan bahaya yang mengancam nyawa. Sebab, kondisi ini memicu gangguan psikis seperti depresi yang mendorong seseorang bunuh diri. “Kesepian umumnya didahului oleh situasi adanya problem relasi, seperti dikhianati, dilukai, dibohongi, sehingga ada harga diri yang terluka,” kata dia. Masalah-masalah itu menyebabkan seseorang, secara mental, diabaikan.

Irma mengungkapkan, pintu pertama dari problem relasi adalah rasa marah. “Jika tidak segera move on, dia akan menjadi sangat marah, lalu stres, depresi, dan dari situ muncul rasa sepi,” kata dia. Kesepian tidak berarti sendiri secara fisik. “Seseorang masih bisa merasa sepi meskipun berada di tengah banyak orang.”

Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Julianne Holt-Lunstad dan Timothy B. Smith dari Universitas Brigham Young. “Isolasi sosial menunjukkan sedikitnya interaksi sosial, sementara kesepian merupakan perbedaan antara tingkat interaksi sosial yang diinginkan dan yang dialami,” kata mereka. Dengan kata lain, seseorang bisa merasa terisolasi secara sosial meskipun dikelilingi banyak orang.

Irma mengatakan kesepian memiliki gejala yang dapat dirasakan dengan hanya sedikit kepekaan dari sahabat atau keluarga. Secara fisik, umumnya seseorang yang didera sepi menunjukkan ekspresi murung, lesu, dan kantong mata berangsur lebih hitam. “Karena perasaan sepi menyebabkan seseorang menderita insomnia parah,” kata dia.

Lalu, ada pula penurunan berat badan secara drastis tanpa alasan yang jelas. “Bukan karena sedang sakit parah atau sengaja menurunkan berat badan,” kata dia. Dalam kondisi ini, ujar Irma, sahabat atau anggota keluarga mesti melakukan pendekatan dengan menekankan kekhawatiran mereka. “Katakan saja, ‘saya khawatir dengan kondisi kamu’, supaya dia memahami.”

Setelah itu, upaya pemulihan relasi harus dilakukan dengan menumbuhkan rasa percaya. “Ajak mengobrol supaya rasa percayanya pulih. Bila perlu, bicara dengan pemuka agama supaya tidak melakukan hal yang melenceng dari ajaran agama,” kata dia. Jika sudah tak mampu lagi mengatasi kondisi tersebut, Irma mengimbuhkan, konsultasikan ke psikolog.

DINI PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."