Advertisement
Advertisement
Advertisement

Usus Adalah Otak Kedua Manusia, Simak Penjelasan Dokter

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi wanita menemani anaknya belajar. shutterstock.com

Ilustrasi wanita menemani anaknya belajar. shutterstock.com

Advertisement

TEMPO.CO, Jakarta - Konsultan Gastrohepatologi Anak, dr. Frieda Handayani Kawanto, Sp.A(K) mengatakan usus bisa disebut juga sebagia otak kedua manusia. Maksudnya, jika kondisi usus baik, maka saraf-saraf di usus akan mengirimkan sinyal positif ke otak sehingga tercipta suasana hati yang bahagia.

Baca juga:
Ketahui Energi Saat Memberi ASI, Ibu Menyusui Masih Perlu Diet?

Sebab itu, Frieda menjelaskan, konsumsi sayur dan buah sangat dibutuhkan tubuh. "Vitamin dan mineral dari sayur serta buah meningkatkan daya tahan tubuh, memperlancar pencernaan, dan mengurangi risiko terjangkit penyakit tidak menular seperti jantung, beberapa jenis kanker, dan obesitas,” kata Frieda di Jakarta.

Frieda mencontohkan, jika makan apel seberat 30 gram, maka tubuh akan memisahkan kandungan air, lemak, dan daging apel. Setelah proses pemisahan itu, serat murni yang tersisa dan diolah tubuh hanya sekitar 5 gram. Serat yang masuk ke dalam tubuh terdiri serat soluble atau larut dalam air dan serat insoluble atau yang tidak larut dalam air.

Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock

Di dalam usus, serat difermetasi atau diragikan oleh bakteri yang terdiri dari bakteri baik dan bakteri jahat yang disebut mikrobiota. Mikrobiota yang bersemayam di dalam usus bisa memengaruhi suasana hati, perilaku, hingga kecerdasan seseorang.

Hasil fermentasi dari mikrobiota terhadap serat yang dimakan menghasilkan asam lemak rantai pendek yang fungsinya macam-macam. Misalnya, membuat penyerapan kolesterol dalam darah berkurang, menghasilkan energi untuk sel usus besar agar penyerapan makanan lebih maksimal, dan lainnya. Itu sebabnya saraf di usus banyak yang berhubungan dengan saraf otak.

AURA

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement