Advertisement
Advertisement
Advertisement

Evolusi Desain Gaun dari Masa ke Masa, Budaya dan Gaya Hidup Berperan

foto-reporter

Reporter

google-image
Pertunjukan tarian renaissance bertajuk Festa a Corte oleh La Rossignol di Usmar Ismail Jakarta, 22 September 2017. Festa a Corte oleh  La Rossignol merupakan tarian renaissance sosial dan antar relasional khas Italia dengan kostum abad XV dan XVI dengan perbedaan yang kontras antara musisi yang menyiapkan pesta dan bangsawan yang menghibur diri dengan musik dan tarian.  TEMPO/Nurdiansah

Pertunjukan tarian renaissance bertajuk Festa a Corte oleh La Rossignol di Usmar Ismail Jakarta, 22 September 2017. Festa a Corte oleh La Rossignol merupakan tarian renaissance sosial dan antar relasional khas Italia dengan kostum abad XV dan XVI dengan perbedaan yang kontras antara musisi yang menyiapkan pesta dan bangsawan yang menghibur diri dengan musik dan tarian. TEMPO/Nurdiansah

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Perubahan adalah hal yang wajar terjadi termasuk model gaun. Desain gaun wanita mengalami perubahan signifikan dari zaman kuno hingga era modern. Perubahan tersebut rupanya mencerminkan nilai, norma, dan struktur sosial masyarakat dari waktu ke waktu.

Pada zaman kuno, masyarakat Mesir dan Yunani mengutamakan kenyamanan dalam berpakaian. Perempuan Mesir mengenakan gaun linen tipis untuk menyesuaikan diri dengan iklim panas. Di Yunani, perempuan mengenakan chiton dan peplos, yakni kain persegi panjang yang disematkan di bahu dan menjuntai longgar.

Memasuki abad Pertengahan, desain gaun menjadi penanda status sosial. Perempuan mengenakan pakaian berlapis-lapis, terdiri dari baju dalam dan tunik luar, seringkali dilengkapi ikat pinggang untuk menonjolkan pinggang. Kaum bangsawan memilih bahan mewah seperti sutra dan menghias gaun mereka dengan perhiasan.

Pada masa Renaissance, gaun menampilkan detail yang rumit. Bodinya ketat, sedangkan roknya lebar dan bervolume, membentuk siluet pinggang ramping. Tren kemewahan ini berlanjut ke masa Barok dengan tambahan kerah tinggi dan lengan yang mencolok.

Kemudian di abad ke-18, gaun mulai menunjukkan pengaruh mode istana Eropa. Gaun dirancang menyerupai struktur arsitektur, dengan pinggang ramping dan rok lebar. Namun pada awal abad ke-19, gaya bergeser ke siluet Empire yang lebih ringan dan mengalir, terinspirasi dari busana Yunani-Romawi.

Era Victoria menghadirkan kembali desain gaun yang kaku dan tertutup. Penggunaan korset membentuk pinggang sempit, sementara crinoline dan bustle menciptakan rok bervolume. Pada masa ini, gaun umumnya berlengan panjang dan berkerah tinggi, sesuai dengan norma kesopanan saat itu.

Awal abad ke-20 membawa perubahan besar akibat Perang Dunia I. Perempuan mulai bekerja dan membutuhkan pakaian yang lebih praktis. Struktur gaun pun lebih menyediakan menjadi longgar dengan garis pinggang menurun.

Tahun 1920-an memperkenalkan budaya flapper. Gaun pendek dan ramping melambangkan kebebasan baru bagi perempuan. Tahun 1947, Dior memperkenalkan “New Look” dengan rok lebar dan tubuh ramping, mengembalikan kesan feminin pascaperang.

Di era ini modern, desain gaun mencerminkan keberagaman gaya. Pengaruh global, tren masa kini, dan kebebasan berekspresi. Pada era ini, gaun fungsional menjadi pilihan utama dalam berpenampilan.

Pilihan Editor: 5 Pilihan Gaun Elsa Japasal, yang Dirumorkan Dekat dengan Azka Corbuzier

DINI AGHNNY KHOIRIYAH | FASHION GLOBE | HARPERS BAZAAR

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement